WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perdana Menteri (PM) Jepang, Shigeru Ishiba, secara resmi menyatakan pengunduran dirinya pada Minggu (7/9/2025).
Meski demikian, ia tetap menjalankan kewajiban sebagai kepala pemerintahan sampai Partai Demokrat Liberal (LDP) menentukan penggantinya melalui pemilihan kepemimpinan darurat.
Baca Juga:
Prabowo Terima Kunjungan Utusan Khusus PM Jepang Fumio Kishida di Kertanegara
Menurut laporan Reuters, keputusan ini muncul setelah Ishiba sempat menolak berbagai desakan untuk mundur, terutama pasca kekalahan koalisinya dalam pemungutan suara di majelis tinggi pada Juli lalu.
Alih-alih menuruti tekanan, Ishiba memilih memprioritaskan penyelesaian kesepakatan dagang penting dengan Amerika Serikat terkait tarif impor otomotif sebuah isu strategis bagi perekonomian Jepang.
“Dengan Jepang telah menandatangani perjanjian perdagangan dan presiden telah menandatangani perintah eksekutif, kita telah melewati rintangan utama. Saya ingin menyerahkan tongkat estafet kepada generasi berikutnya,” ujar Ishiba, dilansir Reuters, Senin (8/9/2025).
Baca Juga:
Prabowo Terima Ucapan Selamat dari PM Jepang Kishida
Langkah mundur Ishiba ini langsung menimbulkan reaksi pasar keuangan.
Nilai tukar Yen mengalami tekanan dengan meningkatnya aksi jual, lantaran ketidakpastian politik dianggap berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi Jepang dalam jangka pendek.
Shigeru Ishiba sendiri bukanlah sosok baru dalam perpolitikan Negeri Sakura.
Karier politiknya cukup panjang, bahkan ia kerap disebut sebagai salah satu politisi senior Partai Demokrat Liberal.
Ishiba pertama kali melenggang ke panggung politik nasional pada 1986 saat terpilih menjadi anggota Majelis Rendah di usia 29 tahun, menjadikannya anggota parlemen termuda kala itu.
Darah politik Ishiba juga diwarisi dari ayahnya, Ishiba Jiro, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Prefektur Tottori sekaligus Menteri Dalam Negeri.
Jejak politik keluarga inilah yang turut membentuk kiprah dan reputasi Ishiba dalam dinamika pemerintahan Jepang selama hampir empat dekade terakhir.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]