AS dan Rusia terus mengurangi persediaan senjata nuklir
mereka secara keseluruhan dengan membongkar hulu ledak yang sudah pensiun pada
tahun 2020. Namun, menurut SIPRI, keduanya diperkirakan memiliki sekitar 50
hulu ledak nuklir lagi dalam penyebaran operasional pada awal tahun 2021.
Peningkatan tersebut terjadi terutama melalui penyebaran
rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis darat dan rudal balistik berbasis
kapal selam (SLBM).
Baca Juga:
Industri Pertahanan Indonesia Ditargetkan Masuk 50 Besar Dunia
Lebih lanjut, laporan SIPRI menyebutkan bahwa tujuh negara
pemilik senjata nuklir lainnya juga sedang mengembangkan atau menyebarkan
sistem senjata baru atau telah mengumumkan rencana untuk melakukannya.
Misalnya, Inggris meninjau kebijakan keamanannya pada Maret
2021, dan membalikkan kebijakan sebelumnya untuk mengurangi persenjataan nuklir
negara itu. Inggris malah menaikkan plafon yang direncanakan untuk senjata
nuklir dari 180 unit menjadi maksimum 260 unit.
China berada di tengah-tengah modernisasi yang signifikan
dan perluasan persediaan senjata nuklirnya. India dan Pakistan juga terindikasi
memperluas persenjataan nuklir mereka.
Baca Juga:
Asal Senjata Air Soft Gun 'Koboi Jalanan' Mampang Jaksel Dingkap Polisi
Korea Utara dilaporkan akan melanjutkan pengembangan program
nuklir militernya meskipun ada dua pertemuan bersejarah perlucutan senjata
dengan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump.
Oleh karena itu, kata para pakar SIPRI, kemungkinan suatu
negara menggunakan senjata nuklir dalam perang telah meningkat.
"Semua ini menunjukkan bahwa jalan sedang dibuka untuk potensi
penggunaan senjata nuklir. Kami percaya bahwa risikonya, kemungkinannya
meningkat. Kami melihat bahwa negara-negara tidak hanya memperluas persenjataan
senjata mereka, tetapi ketika mereka memodernisasi kekuatan mereka, mereka juga
menempatkan penekanan yang lebih besar pada senjata nuklir dalam strategi
militer mereka," kata Kristensen.