WahanaNews.co | Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyampaikan permohonan maafnya terkait kekerasan yang ekstrem dan sistematis saat perang kemerdekaan Indonesia.
Permintaan maaf ini muncul setelah penelitian mengungkap kekerasan yang dilakukan Belanda saat masa kolonial di Indonesia.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Disambut Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch
"Hari ini, atas nama pemerintah Belanda, saya menyampaikan permintaan maaf terdalam saya kepada rakyat Indonesia atas kekerasan sistematis dan ekstrem dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu," kata Perdana Menteri Mark Rutte dalam konferensi pers, dikutip dari AFP.
Rutte mengatakan dia juga menyesal pemerintah Belanda sebelumnya menutup mata terhadap masalah ini.
"Kami juga meminta maaf kepada semua orang yang tinggal di Belanda yang harus hidup dengan konsekuensi perang kolonial di Indonesia, termasuk para veteran perang yang berperilaku baik," kata Rutte.
Baca Juga:
Ricuh Demo Anti-Imigrasi di Belanda, Mobil Polisi Dibakar dan 30 Orang Ditangkap
Dalam studi yang dilakukan selama empat tahun oleh peneliti Belanda dan Indonesia, diketahui tentara Belanda membakar desa-desa, melakukan penahanan massal, penyiksaan, dan mengeksekusi masyarakat pada 1945-1949.
Kekerasan ekstrem ini dilakukan dengan dukungan diam-diam dari pemerintah.
Dalam studi ini peneliti menyebut bahwa pihak Belanda mulai dari politikus, pejabat, pegawai negeri, hakim, dan sebagainya mengetahui tentang kekerasan ekstrem dan sistematis itu.