WahanaNews.co | Sebuah surat elektronik yang diklaim dari Rusia bocor. Surat tersebut berisi jadwal Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir dalam perangnya di Ukraina.
Putin juga disebut-sebut menggunakan senjata nuklir dalam perangnya di Ukraina.
Baca Juga:
Tank AS Seharga Rp 162 Miliar Mati Kutu Dimangsa Drone Murah Rusia
Email itu diungkap whistleblower di badan intelijen Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB). Email dibocorkan sosok yang dijuluki Wind of Change, kepada seorang aktivis hak asasi manusia Rusia yang menjalankan situs anti korupsi gulagu.net, Vladimir Osechkin.
Mengutip media Inggris Newsweek, dalam email tertanggal 4 Maret, Wind of Change mengirimkan bagaimana kemarahan dan ketidakpuasan di dalam FSB atas perang yang dimulai 24 Februari itu. "Perang saudara" bahkan dilaporkan terjadi di antara sekutu dekat Putin.
Dalam email 17 Maret, sejumlah desakan penggunaan nuklir juga sangat terasa. Namun, sumber itu dalam email memaparkan bagaimana meskipun konflik dengan negara tetangga Ukraina terjadi, banyak yang berharap bahwa "kebodohan"-mengacu senjata nuklir- tidak akan dilakukan.
Baca Juga:
Untuk Ukraina, AS Terus Berupaya Keras Beri Bantuan Pertahanan Udara
Tapi, dalam surat lainnya, dikatakan pula oleh FSB kapan penggunaan senjata nuklir taktis bisa dilakukan Putin. Jika Rusia kalah, baik di mata musuh dan negara netral, nuklir akan diluncurkan.
"Argumen yang begitu kuat untuk konflik ... menunjukkan kelemahan militer, yang bahkan tidak dapat ditutupi keberhasilan pasukan" tulis Wind of Change, menambahkan bahwa Putin bisa mengancam penggunaannya untuk kemungkinan intimidasi Barat.
"Serangan nuklir oleh Putin dalam perangnya dengan Ukraina tidak akan menyelesaikan apa pun. Hanya dapat memprovokasi konsekuensi sedemikian rupa sehingga tidak ada gunanya mempertimbangkannya," tambah Wind of Change lagi pada surat menyurat April.
Putin sendiri memang sebelumnya meminta seluruh senjata Rusia bersiaga saat Barat terus mengirimkan bantuan persenjataan untuk membantu Ukraina. Bantuan ini pun berhasil memukul mundur pasukan Rusia di wilayah Lyman dan Kherson.
Direktur Program Eropa di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS), Max Bergmann, yakin Putin sekarang sangat membutuhkan cara untuk mengubah situasi dalam konflik ini. Rasa frustasi juga kini telah muncul.
"Ada banyak rasa frustasi yang dimiliki. Jika Anda orang Rusia, cadangan senjata nuklir yang sangat besar ini, yang sekarang menjadi klaim Anda atas status kekuatan besar," katanya.
"Tapi itu agak tidak relevan. Anda tidak dapat benar-benar menggunakannya. Yang bisa Anda lakukan hanyalah mengancam untuk menggunakannya," tambahnya lagi.
Meski demikian belum ada konfirmasi dari Rusia soal ini. Hingga kini, PBB mencatat 6.000 lebih nyawa warga sipil tewas dalam perang yang masih terus terjadi. [rna]