Meski
begitu, dikutip BBC, dia
menuturkan, kelompok pemberontak berjanji akan menghormati hak perempuan
menurut Syariah.
"Mereka
akan bekerja bahu membahu dengan kami. Kepada komunitas internasional, kami
menjamin tidak akan ada diskriminasi," paparnya.
Baca Juga:
Taliban: Tugas Wanita Itu Melahirkan, Bukan Jadi Menteri
Mujahid
mengatakan, wanita berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas, yang
sempat dilarang pada periode 1996-2001.
Selain
itu, dia juga menyatakan, perempuan akan tetap bisa bekerja dan menjadi bagian dari
pemerintahan baru mereka.
Mujahid
hanya memaparkan, nantinya perempuan harus mengenakan hijab, tanpa menjabarkan
apakah akan ada pengetatan atau tidak terhadap mereka.
Baca Juga:
Taliban Izinkan Perempuan Afghanistan Kuliah, Tapi…
Pernyataan
Mujahid itu diperkuat juru bicara Taliban lainnya, Suhail Shaheen, yang berujar,
sekolah diizinkan tetap mengajar murid putri.
Diwartakan
Daily Mail, di periode pertama
kekuasaannya, pemberontak melarang wanita belajar setelah mereka berusia
delapan tahun.
Mereka
juga dilarang untuk berhubungan dengan pria lain, atau keluar rumah tanpa
mendapatkan pengawalan dari keluarga maupun suaminya.