WahanaNews.co | Saat
Amerika Serikat (AS) bersiap menarik pasukan terakhirnya dari Afghanistan,
Taliban menyerukan agar Presiden Afghanistan Ashraf Ghani digulingkan, dan langsung
diganti dengan pemerintahan baru.
ass="MsoNormal">
Baca Juga:
Gempa Magnitudo 6,2 Guncang Afghanistan Timur, 800 Orang Dilaporkan Tewas
Taliban menjanjikan dalam pemerintah baru ini, kaum
perempuan akan memiliki lebih banyak hak dibanding saat mereka terakhir kali
berkuasa di negara itu sekitar 20 tahun lalu.
Meskipun Taliban mengatakan mereka tidak akan memonopoli
kekuasaan, mereka bersikeras bahwa kesepakatan damai tidak akan tercapai sampai
pemerintah baru dinegosiasikan.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen, yang juga anggota tim
perunding, menjanjikan bahwa di bawah pemerintahan baru, perempuan akan
diizinkan bekerja, bersekolah, dan berpartisipasi dalam politik. Ini adalah
hak-hak yang ditolak ketika Taliban memberlakukan hukum Islam yang keras saat
terakhir kali kelompok itu memerintah Afghanistan.
Baca Juga:
Dilarang Bernyanyi! Rezim Taliban Tangkap 14 Warga Gara-Gara Musik Malam Hari
Shaheen mengatakan perempuan masih akan diharuskan
mengenakan jilbab, tetapi mereka tidak perlu ditemani oleh kerabat laki-laki
untuk meninggalkan rumah mereka.
Namun, ada laporan dari distrik yang direbut dan
penyeberangan perbatasan bahwa Taliban terus memberlakukan pembatasan yang
menindas terhadap perempuan.
Laporan yang berulang-ulang, dipasangkan dengan sejarah
kekerasan Taliban, telah memicu kekhawatiran akan kembalinya kelompok itu.
Mereka yang mampu mengajukan permohonan visa untuk meninggalkan Afghanistan
mencoba melarikan diri dengan cepat sebelum penarikan pasukan AS-NATO selesai
pada 31 Agustus.