WahanaNews.co, Jakarta – Perihal gencatan senjata dan pemulangan sandera yang ditahan di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran terbaru Kelompok Militan Palestina, Hamas.
Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan bahwa masih ada ruang untuk bernegosiasi untuk mencapai sebuah kesepakatan.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Hamas mengusulkan gencatan senjata di mana semua sandera akan dibebaskan dan Israel akan menarik mundur pasukannya dari Gaza hingga kesepakatan akan dicapai untuk mengakhiri perang.
Mengutip laman Reuters, dilansir dari CNBC Indonesia, Kamis (8/2/2024) tanggapan terhadap proposal sebelumnya yang dibuat oleh kepala mata-mata AS dan Israel disampaikan kepada Hamas minggu lalu oleh mediator Qatar dan Mesir.
Dengan menyebut posisi Hamas sebagai "delusi," Netanyahu memperbarui janji untuk menghancurkan gerakan Islam tersebut, dengan mengatakan bahwa tidak ada alternatif lain bagi Israel selain menghancurkannya.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
"Hari berikutnya adalah hari setelah Hamas. Semua Hamas," katanya dalam sebuah konferensi pers.
Pihaknya bersikeras bahwa kemenangan total melawan Hamas adalah satu-satunya solusi bagi perang Gaza yang telah berlangsung selama empat bulan.
"Tekanan militer yang terus berlanjut adalah syarat mutlak untuk pembebasan para sandera," kata Netanyahu.
Namun komentar Blinken, setelah pertemuan dengan Netanyahu, menunjukkan bahwa kesepakatan gencatan senjata bukanlah hal yang sia-sia.
"Jelas ada hal-hal yang tidak masuk akal dalam apa yang (Hamas) ajukan," kata Blinken dalam sebuah konferensi tanpa merinci hal-hal yang tidak masuk akal tersebut.
"Namun kami juga melihat adanya ruang untuk melanjutkan negosiasi, untuk melihat apakah kami bisa mencapai kesepakatan. Itulah yang ingin kami lakukan," ungkapnya.
Sebagai informasi, Blinken bertemu dengan para pemimpin Qatar dan Mesir pada hari Selasa dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah pada hari Rabu.
Seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menggambarkan pernyataan Netanyahu sebagai keberanian politik yang menunjukkan niat pemimpin Israel tersebut untuk melanjutkan konflik di wilayah tersebut.
Seorang pejabat Hamas lainnya, Osama Hamdan, mengatakan sebuah delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, akan berangkat pada hari Kamis ke Kairo untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan para penengah dari Mesir dan Qatar. Hamdan mendesak faksi-faksi bersenjata Palestina untuk terus bertempur.
Israel sebelumnya mengatakan tidak akan menarik pasukannya keluar dari Gaza atau mengakhiri perang sampai Hamas dimusnahkan.
Namun sumber-sumber yang dekat dengan perundingan menggambarkan Hamas mengambil pendekatan baru melalui tiga tahap terhadap tuntutannya yang telah lama diajukan untuk mengakhiri perang, dan mengajukan hal ini sebagai isu yang harus diselesaikan dalam perundingan di masa depan, bukan sebagai syarat gencatan senjata.
Berikut dokumen penawaran yang dilihat oleh Reuters dan dikonfirmasi oleh sumber:
- Selama fase 45 hari pertama, semua sandera wanita Israel, pria di bawah 19 tahun dan orang tua serta orang sakit akan dibebaskan, dengan imbalan wanita dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Israel akan menarik pasukannya dari daerah-daerah berpenduduk di Gaza.
- Implementasi tahap kedua tidak akan dimulai sampai kedua belah pihak menyelesaikan pembicaraan tidak langsung mengenai persyaratan untuk mengakhiri operasi militer bersama dan memulihkan ketenangan sepenuhnya.
- Tahap kedua akan mencakup pembebasan sandera laki-laki yang masih tersisa dan penarikan mundur Israel secara penuh dari seluruh wilayah Gaza. Sisa-sisa korban tewas akan dipertukarkan pada tahap ketiga.
Washington telah melemparkan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata sebagai bagian dari rencana penyelesaian konflik Timur Tengah yang lebih luas, yang pada akhirnya mengarah pada rekonsiliasi antara Israel dan negara-negara tetangga Arab dan pembentukan negara Palestina.
Netanyahu menolak negara Palestina, yang menurut Arab Saudi merupakan syarat bagi kerajaan untuk menormalkan hubungan dengan Israel.
Israel telah berusaha untuk merebut Khan Younis, kota utama di selatan Gaza. Pekan lalu, Israel mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyerbu Rafah. Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menewaskan puluhan militan dalam pertempuran selama 24 jam terakhir.
Klaim serupa juga disampaikan dalam pertempuran di Khan Younis yang tidak dapat diverifikasi secara independen.
[Redaktur: Alpredo Gultom]