Halsema menyebut bahwa Provinsi Holland, yang mencakup
Amsterdam, menjadi "pemain utama dalam perdagangan dan eksploitasi
budak-budak". Dia menambahkan bahwa pada abad ke-18 sekitar "40 persen
pertumbuhan ekonomi datang dari perbudakan".
"Dan di Amsterdam, hampir semua orang mendapatkan uang
berkat koloni Suriname," sebutnya, mengutip Dewan Kota yang merupakan
co-owner dan co-administrator koloni.
Baca Juga:
Pemkab Garut Bakal Siapkan Outlet Produk Khas di Amsterdam Belanda
Raja Belanda Minta
Maaf atas Kekerasan yang Terjadi Setelah Proklamasi
Sebelum Femke Halsema meminta maaf mewakili Amsterdam, Raja
Belanda Willem Alexander sudah lebih dulu meminta maaf ke Indonesia atas
kekerasan di masa penjajahan, namun untuk kekerasan yang terjadi setelah
proklamasi. Hal itu disampaikan Willem ketika mengunjungi Indonesia dan bertemu
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Juga:
Salah Satu Bandara Tersibuk di Eropa Kacau Balau Akibat Ditinggal Pekerja
"Di tahun-tahun setelah diumumkannya Proklamasi,
terjadi sebuah perpisahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak korban
jiwa. Selaras dengan pernyataan pemerintahan saya sebelumnya, saya ingin
menyampaikan penyesalan saya dan permohonan maaf untuk kekerasan yang
berlebihan dari pihak Belanda di tahun-tahun tersebut," ujar Raja Willem
di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).
"Saya melakukan ini dengan kesadaran penuh bahwa rasa
sakit dan kesedihan bagi keluarga-keluarga yang terdampak masih dirasakan
sampai saat ini," imbuh Raja Willem.
Diketahui, Amsterdam menjadi kota pertama di Belanda yang
menyampaikan permohonan maaf. Langkah ini bisa diikuti oleh kota Rotterdam,
Utrecht dan ibu kota administrasi Den Haag, yang juga memperdebatkan isu yang
sama.