Hanya untuk memperoleh izin pendakian, para pendaki diharuskan membayar sekitar US$15 ribu atau Rp229 juta, tanpa termasuk biaya tiket pesawat, asuransi, dan biaya perlengkapan lainnya.
Terlebih lagi, beberapa paket pendakian Everest memiliki biaya yang tidak jauh berbeda atau bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan perkiraan biaya repatriasi.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
Ketika mendaftar untuk mendaki Gunung Everest, calon pendaki dihadapkan pada formulir yang membahas kemungkinan repatriasi dalam kejadian meninggal di puncak gunung atau pilihan lainnya.
Proses evakuasi untuk menurunkan jenazah dari puncak Everest juga sangat berisiko, dan bukanlah hal yang tidak mungkin bagi mereka yang terlibat dalam proses tersebut untuk mengalami cedera atau bahkan mengalami kecelakaan fatal.
Pada 1984, dua pendaki Nepal meninggal dunia di Gunung Everest ketika mencoba mengambil jenazah pendaki perempuan asal Jerman.
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
Sementara itu, pemegang rekor perempuan pemuncak Everest terbanyak, Lhakpa Sherpa, mengungkapkan bahwa dia melihat tujuh jenazah dalam perjalanan ke puncak Gunung Everest pada 2018.
"Satu yang di dekat puncak seolah tampak hidup karena angin meniup rambutnya," kata Lhakpa Sherpa, seperti dilansir Business Insider.
Ada juga mayat di Gunung Everest yang tidak diketahui identitasnya dan dijuluki "Green Boots", karena mengenakan sepatu trekking berwana hijau.