Sementara itu, Komite Pengendalian Polusi Sagarmatha telah melaporkan pembelian sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika, yang nantinya akan didistribusikan kepada para pendaki, sherpa, dan staf pendukung.
Setiap individu akan menerima dua tas, yang didesain untuk berbagai keperluan. Kantong-kantong ini dilengkapi dengan bahan kimia yang dapat mengeras dan mengurangi bau kotoran manusia secara signifikan.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
Prosedur selanjutnya menentukan bahwa kantong kotoran manusia tersebut harus dibawa turun hingga base camp dan dibuang di tempat yang telah ditentukan. Pihak berwenang Nepal mengancam akan mengambil tindakan terhadap pendaki yang meninggalkan kotoran di puncak gunung jika tidak dipatuhi.
Mayat Bergeletakan
Selain sampah dan feses yang berserakan, perjalanan menuju puncak Everest juga menyajikan pemandangan mayat-mayat pendaki dibiarkan bergeletakan.
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
Ya, kehadiran mayat menjadi pemandangan umum di puncak gunung yang berada di Nepal tersebut.
Lalu, kenapa banyak mayat dibiarkan bergeletakan di rute pendakian Gunung Everest? Ternyata masalahnya adalah Repatriasi atau pemulangan jenazah di Gunung Everest membutuhkan biaya sangat mahal.
Dalam beberapa situasi, biaya untuk repatriasi dapat mencapai angka US$70 ribu atau setara dengan Rp1 miliar. Sebenarnya, biaya untuk melakukan pendakian Gunung Everest sendiri tidak terbilang murah.