WahanaNews.co, Kiev - Ukraina telah memproduksi replika senjata howitzer M777 155mm dengan biaya kurang dari USD1.000 atau sekitar Rp15 Juta.
Tujuannya untuk memancing Rusia membuang-buang sumber daya pada senjata yang sebenarnya tidak ada, yang tadinya ditujukan untuk menargetkan senjata tersebut.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Metinvest, perusahaan dalam bidang baja dan pertambangan, menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah melindungi nyawa warga Ukraina dan membuat Rusia menghabiskan sumber daya dengan menggunakan drone, peluru, dan rudalnya sendiri.
“Perang itu mahal dan kami membutuhkan Rusia untuk mengeluarkan uang dengan menggunakan drone dan rudal untuk menghancurkan umpan kami,” kata juru bicara perusahaan kepada CNN.
Metinvest menggunakan teknologi militer tingkat tinggi dari Barat yang telah diperoleh oleh Ukraina dari sekutunya untuk membuat replika senjata howitzer M777 155mm.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Senjata asli ini memiliki nilai jutaan dolar per unit, namun versi buatan perusahaan ini dibuat dengan biaya kurang dari USD1.000 dan menggunakan pipa saluran pembuangan tua.
CNN melaporkan bahwa ratusan senjata palsu yang diproduksi oleh Metinvest telah menjadi target Rusia.
Upaya ini merupakan bagian dari strategi yang lebih besar yang digunakan oleh Ukraina untuk mencoba mengelabui pasukan Rusia, termasuk penggunaan peluncur roket palsu yang terbuat dari kayu.
Sebagian besar produk palsu Metinvest terbuat dari bahan seperti kayu lapis, dan perusahaan ini berusaha mencari keseimbangan antara bahan yang ekonomis dan logam yang lebih mahal, tetapi masih dapat menipu perangkat pencari panas.
Keberhasilan produk palsu ini diukur berdasarkan berapa lama mereka tetap utuh, dan perusahaan tersebut mempertimbangkan ulang desain mana yang dapat bertahan terlalu lama, sebagai indikasi bahwa model tersebut tidak cukup dapat dipercaya.
“Semakin cepat umpan dihancurkan, semakin baik bagi kita. Dengan begitu kerja kami tak sia-sia,” ungkap juru bicara tersebut.
The Guardian melaporkan bahwa pada awal invasi besar-besaran Rusia yang dimulai pada Februari 2022, tiga manajer senior dari Metinvest mengusulkan ide tentang penggunaan umpan ini.
Saat itu, Ukraina memiliki persediaan senjata yang sangat terbatas dibandingkan dengan Rusia.
Salah satu manajer tersebut mengungkapkan kepada The Guardian, "Kami berpikir bahwa jika Rusia melihat banyak senjata, mereka mungkin akan merasa ragu untuk melanjutkan pergerakan mereka atau menyerang suatu daerah. Ini adalah senjata psikologis."
Rusia juga diketahui menggunakan taktik serupa dalam konflik tersebut, termasuk penggunaan parit palsu yang sebenarnya merupakan perangkap.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]