WAHANANEWS.CO, Jakarta - Donald Trump kembali melontarkan klaim besar di hadapan dunia ketika berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (23/9/2025), dengan menyatakan dirinya berhasil mengakhiri tujuh perang global hanya dalam tujuh bulan masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Trump menyebut tujuh konflik itu mencakup Israel dan Iran, Pakistan dan India, Rwanda dan Republik Demokratik Kongo, Thailand dan Kamboja, Armenia dan Azerbaijan, Mesir dan Ethiopia, serta Serbia dan Kosovo.
Baca Juga:
AS Beri Sinyal Bakal Invasi Afghanistan Lagi
Ia menegaskan tidak ada presiden lain yang mampu melakukan hal secepat itu, sambil menyindir PBB yang menurutnya bahkan tidak berupaya menghentikan satu pun perang.
Trump sudah berulang kali mengklaim hal serupa, meski sejumlah perang tersebut hanya berlangsung beberapa hari dan masih diragukan efektivitas perjanjian damainya.
Daftar perang pertama yang disebut adalah konflik Israel-Iran yang berlangsung 12 hari sejak 13 Juni, dimulai dari serangan Israel ke situs nuklir Iran dan kemudian diikuti serangan AS.
Baca Juga:
Trump Gegerkan Dunia dengan Ambisi Rebut Pangkalan Bagram Afghanistan
Trump lalu mengumumkan gencatan senjata sepihak pada 23 Juni, meskipun Iran maupun Israel memberikan klaim yang berbeda terkait hasil konflik.
Di Asia Selatan, Trump juga menyinggung konflik India-Pakistan yang kembali pecah di Kashmir pada Mei.
Setelah empat hari serangan, ia menyebut berhasil menengahi gencatan senjata penuh, meskipun India tidak mengakuinya.
Konflik di Afrika pun tak luput dari daftar klaim Trump, seperti Rwanda dan Kongo yang menandatangani kesepakatan damai di Washington DC pada Juni setelah bertahun-tahun berseteru.
Trump menilai kesepakatan itu dapat meningkatkan perdagangan dengan AS, walaupun kedua pihak tetap saling menuduh melanggar gencatan senjata.
Sementara itu, di Asia Tenggara, bentrokan perbatasan Thailand-Kamboja pada Juli diakhiri dengan gencatan senjata setelah Trump mengaku menekan kedua pihak, bahkan mengaitkannya dengan negosiasi perdagangan dengan AS.
Tak hanya itu, Armenia dan Azerbaijan yang terlibat konflik panjang soal Nagorno-Karabakh juga disebut berhasil mencapai kesepakatan damai pada 8 Agustus 2025 di Gedung Putih, yang membuat sebagian pihak menilai Trump layak menerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Konflik lama Mesir dan Ethiopia soal Bendungan Nil pun masuk dalam daftar Trump, meski Ethiopia menolak campur tangan AS dan menilai ancamannya justru memperburuk ketegangan.
Di Eropa Timur, Trump juga mengklaim telah mencegah perang Serbia-Kosovo pada 27 Juni dengan mengancam menghentikan perdagangan dengan AS jika keduanya nekat berperang.
Meski demikian, banyak pihak meragukan klaim Trump yang menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sosok yang mampu “mengakhiri perang” dalam tempo singkat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]