WAHANANEWS.CO, Jakarta - Nasib getir menimpa eks prajurit Marinir TNI AL, Satria Arta Kumbara, yang kini terjebak dalam polemik kewarganegaraan sekaligus luka parah di medan perang Ukraina.
Kementerian Hukum dan HAM menegaskan Satria tidak bisa otomatis kembali menjadi Warga Negara Indonesia setelah bergabung sebagai tentara bayaran di Rusia.
Baca Juga:
Serangan Rudal Rusia di Kropivnitsky Tewaskan Puluhan Tentara Bayaran Asing
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham, Widodo, menyatakan bahwa satu-satunya jalan adalah melalui proses naturalisasi murni.
“Yang bersangkutan tentu ketika ingin kembali akan mengikuti prosedur naturalisasi murni, ya itu harus 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut,” ujar Widodo dalam rapat bersama Komisi XIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/8/2025).
Widodo menjelaskan, proses naturalisasi mensyaratkan pemohon membawa dokumen kewarganegaraan dari negara lain.
Baca Juga:
Gaji Rp39 Juta Tak Sebanding, Eks Marinir RI Mohon Ampun Lantaran Gabung Perang Rusia
Namun, posisi Satria menjadi rumit karena ia tidak otomatis diakui sebagai warga negara Rusia meski menjadi tentara bayaran di sana.
Di sisi lain, status WNI Satria gugur lantaran ia bergabung dengan militer asing tanpa izin presiden.
“Persoalannya itu dengan catatan membawa dokumen sebagai warga negara asing, harusnya mereka ketika di sana dia menjadi warga negara di negara tempat dia membela,” tegas Widodo.
Meski demikian, ia membuka peluang kajian hukum lebih lanjut jika ada kebijakan politik dari Presiden terkait nasib Satria.
Saat ini, pemerintah masih memantau aktivitas Satria melalui KBRI di Moskow.
Nama Satria kembali mencuat setelah beredar video dirinya dalam kondisi kritis usai terkena serangan drone kamikaze dan mortir Ukraina.
Mantan marinir itu mengalami luka parah di kepala hingga wajahnya berlumuran darah.
Meski sekarat, Satria sempat menyampaikan pesan untuk tanah air bertepatan dengan HUT ke-80 RI.
“Dirgahayu Republik Indonesia. Semoga rakyatnya sejahtera dan Indonesia bisa menciptakan banyak lapangan kerja di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Sekali merdeka tetap merdeka,” ucap Satria dalam rekaman video tersebut.
Kondisi terkini eks marinir TNI AL itu diungkap oleh Ruslan Buton melalui video TikTok yang diunggah Kamis (21/8/2025).
Ia mengatakan berkomunikasi dengan Satria sehari sebelumnya, Rabu (20/8/2025) pukul 15.58 WIB melalui WhatsApp.
“Saya berkomunikasi dengan Staria Arta Kumbara melalui chat WA,” ujar Ruslan Buton.
Menurutnya, Satria sedang dalam proses evakuasi karena terluka parah di bagian kepala akibat serangan drone dan tembakan mortir bertubi-tubi.
“Saudara Satria Arta Kumbara mengalami cedera terkena percikan peluru dan kepalanya penuh luka,” ucapnya.
Satria juga meminta doa dari seluruh rakyat Indonesia agar bisa selamat.
Ruslan Buton mengaku mencoba menghubungi Satria lewat video call, namun hanya muncul status memanggil tanpa tersambung.
“Kemudian saya kirim voice note, juga hanya centang satu,” imbuhnya.
Ia berharap pemerintah dapat memfasilitasi agar Satria bisa kembali berkumpul bersama keluarganya.
Dalam video itu terlihat kepala Satria dibalut perban, pipi kirinya masih berlumuran darah, dan bibirnya penuh gumpalan darah.
Dengan susah payah, Satria mengucapkan, “Dirgahayu Republik Indonesia. Mudah-mudahan rakyat semakin sejahtera, tercipta lapangan kerja yang banyak untuk kesejahteraan rakyat. Sekali merdeka tetap merdeka.”
Pesan itu dikirim melalui WhatsApp kepada Ruslan Buton sebelum komunikasi terputus.
Satria sempat menulis, “Saya dievakuasi mundur sekarang komandan, tetapi lagi transit di titik poin lain karena drone dan artileri Ukraina sedang maksimal kerja. Saya harus jalan 10 kilometer lagi ke titik aman komandan.”
Setelah itu tidak ada lagi balasan dari Satria.
Sementara itu, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan pihaknya tidak bertanggung jawab atas nasib Satria.
Menurutnya, keputusan menjadi tentara bayaran adalah murni pilihan pribadi.
“Kedubes Rusia tidak pernah merekrut personel Angkatan Bersenjata Rusia. Jika Satria Kumbara melanggar undang-undang Indonesia, itu tanggung jawabnya sendiri,” tegas Tolchenov, Rabu (20/8/2025).
Moskow bahkan mengaku tidak memiliki informasi apa pun tentang Satria Arta Kumbara dan baru mengetahuinya dari pemberitaan di Indonesia.
Ia telah mengonfirmasi hal tersebut kepada atase pertahanan Rusia yang juga tidak mengetahui informasi terkait Satria.
Tolchenov menegaskan kedutaan Rusia di Jakarta maupun di manapun tidak pernah melakukan rekrutmen personel militer.
“Personel profesional yang merupakan warga negara Rusia atau dalam beberapa kasus orang asing, bisa menandatangani kontrak,” katanya.
Namun, ia menekankan Rusia tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang dihadapi Satria akibat keputusannya itu.
“Jika Kumbara melanggar undang-undang Indonesia, hal itu adalah tanggung jawabnya sendiri, karena sebagai WNI ia seharusnya paham apa yang bisa ia lakukan dan tidak,” ucap Tolchenov.
Ia menambahkan, hingga kini pihaknya belum menerima permohonan bantuan apa pun baik dari pemerintah Indonesia maupun dari pihak keluarga Satria.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]