WahanaNews.co, Jakarta - Sebuah dokumen menunjukkan tentara bayaran Rusia, Wagner Group, menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan China untuk membeli dua satelit intelijen.
Dilansir dari AFP, kontrak itu ditandatangani pada 15 November 2022, sembilan bulan sejak invasi Moskow di Ukraina berlangsung.
Baca Juga:
Perang Besar di Depan Mata, Negara-negara Afrika Barat Bersiap Gempur Niger
Dalam kontrak tersebut, perusahaan Beijing Yunze Technology Co Ltd menjual dua satelit pengamatan resolusi tinggi milik Chang Guang Satellite Technology (CGST) ke Nika-Frut, sebuah perusahaan yang saat itu merupakan bagian dari bisnis komersial pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin.
Satelit itu sendiri yakni JL-1 GF03D 12 dan JL-1 GF03D 13 yang berada di orbit pada ketinggian 535 kilometer di atas Bumi. Satelit-satelit ini dibanderol 235 juta yuan atau sekitar Rp509 miliar, termasuk layanan tambahannya.
Sumber keamanan Eropa mengatakan kepada AFP dengan syarat anonim bahwa kontrak tersebut juga menyediakan permintaan gambar, yang memungkinkan Wagner mendapatkan citra satelit baik dari Ukraina maupun daerah-daerah di Afrika seperti Libya, Sudan, Republik Afrika Tengah, dan Mali.
Baca Juga:
Alasan Putin Ganti Bos Tentara Bayaran dengan 'Rambut Abu-Abu'
Ini merupakan wilayah-wilayah di Afrika yang menjadi tempat Wagner beroperasi.
Menurut sumber tersebut, Wagner bahkan memesan gambar wilayah Rusia pada akhir Mei 2023 untuk rute perbatasan Ukraina dan Moskow yang direbut pasukan Wagner pada akhir Juni lalu, selama masa pemberontakan Wagner di Moskow.
Kendati begitu, tidak ada catatan pemesanan gambar wilayah Rusia dalam kontrak yang dilihat AFP. AFP tidak bisa mengonfirmasi hal ini secara independen.
Namun demikian, sebelum pemberontakan Wagner terjadi, ada media yang melaporkan bahwa dinas intelijen Barat, termasuk Prancis dan Amerika Serikat, mengendus bahwa pemberontakan Wagner akan segera terjadi.
Menanggapi kontrak ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya tak tahu-menahu soal situasi tersebut. Dia pun menegaskan Beijing akan selalu mengambil sikap yang bertanggung jawab atas masalah ekspor.
"Saya tidak mengetahui situasi yang Anda gambarkan. China selalu mengambil sikap bijaksana dan bertanggung jawab terhadap masalah ekspor yang relevan, dan bertindak ketat sesuai dengan kebijakan China, hukum, dan kewajiban internasionalnya," demikian keterangan jubir Kemlu China.
[Redaktur: Sandy]