WahanaNews.co | Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggertak China dengan mengerahkan kekuaan militer di kawasan Asia-Pasifik.
NATO waswas akan kekuatan dan pengaruh Negeri Tirai Bambu di kawasan itu.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Angkatan Udara Jerman mengirim 13 pesawat militer ke wilayah tersebut untuk pertama kalinya. Pengerahan ini merupakan serangkaian latihan militer bersama yang disebut Pitch Black di Australia.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami bisa berada di Asia dalam sehari," ujar kepala staf Angkatan Udara Jerman Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, dikutip South China Morning Post, Minggu (28/8).
Pesawat militer Jerman juga akan terbang dalam latihan bersama di Singapura. Kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit, pesawat itu bakal mengunjungi Korea Selatan dan Jepang.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Sementara itu, Prancis juga terlibat dalam latihan gabungan di Negeri Kangguru. Misi ini disebut dirancang untuk pamer kekuatan udara jarak jauh.
Duta Besar Prancis untuk India, Emmanuel Lenain, mengatakan misi tersebut menunjukkan Paris dan Eropa tak mengurangi komitmen terhadap Indo-Pasifik meski situasi keamanan Benua Biru tak menentu.
Prancis juga mengirim pesawat ke Kaledonia Baru, dan sempat singgah di India. Lebih lanjut, Lenain menerangkan Prancis adalah kekuatan Indo-Pasifik.
"Dan proyeksi kekuatan udara jarak jauh yang ambisius ini menunjukkan komitmen kami terhadap kawasan dan mitra kami," kata dia.
Menanggapi pengerahan ini, sejumlah pengamat menilai NATO tengah cemas dengan gerakan China di kawasan Indo-Pasifik.
Peneliti Institut Hubungan Internasional Kontemporer China, Sun Keqin, mengatakan Jerman telah membuat perubahan dalam kebijakan keamanan mereka setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dia mengatakan pengerahan itu dilakukan dengan latar belakang NATO yang menyatakan bahwa China adalah tantangan sistemik.
"Indo-Pasifik adalah fokus AS dan itu menunjukkan Jerman berkoordinasi dengan AS, yang merupakan saingan China," kata Sun.
Dia juga mengatakan pengerahan pesawat Jerman tidak perlu karena, "Tak punya wilayah di Pasifik."
"Dalam keadaan normal, tidak perlu sama sekali terlibat dalam langkah ini, dan Jerman memiliki banyak perdagangan di sini," ucap Sun lagi.
Ia menilai kekuatan militer setelah Perang Dunia II tak memunculkan citra positif, dan mudah membuat orang berpikir bahwa pengerahan itu menandakan pergeseran kekuatan militer.
Peneliti lain dari Strategic Research Foundation Paris, Antoine Bondaz, mengatakan proyeksi kekuatan Angkatan Udara Prancis ke Indo-Pasifik bukanlah hal baru.
"[Pengerahan itu] umumnya merupakan pesan tekad dan kredibilitas pasukan militer kami," kata Bondaz.
Ia juga mengatakan pejabat Prancis sering bersikeras bahwa strategi Indo-Pasifik mereka bukan ditujukan untuk China dan berbeda dari pendekatan yang cuma memprioritaskan konfrontasi militer.
"Kami punya kepentingan kedaulatan di kawasan itu dan harus melindungi tujuh wilayah kami di Indo-Pasifik dan lebih dari 1,5 juta orang Prancis yang tinggal di sana," ujar Bondaz lagi. [qnt]