WahanaNews.co | Korban jiwa akibat banjir besar yang melanda Pakistan telah bertambah menjadi lebih dari 1.100 orang, termasuk 380 anak-anak. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menyerukan bantuan untuk apa yang disebutnya sebagai "bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (31/8/2022), banjir akibat musim hujan yang luar biasa lebat ini telah menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan dan berdampak pada 33 juta warga, atau 15 persen dari total 220 juta penduduk negara Asia Selatan itu.
Baca Juga:
Salah Satu Pencipta Bom Hidrogen Ditemukan Tewas, Diduga Bunuh Diri di Moskow
Negara ini telah menerima hampir 190 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun pada kuartal hingga Agustus tahun ini, dengan total 390,7 milimeter. Provinsi Sindh, dengan populasi 50 juta jiwa, paling terpukul, mendapat 466 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun.
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Rabu (31/8/2022):
1. Positif COVID-19, Mahathir Mohamad Dirawat di Rumah Sakit
Baca Juga:
Mengenal 2S4 Tyulpan, Mortar Raksasa Tua yang Jadi Momok Pasukan Ukraina
Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad dinyatakan positif COVID-19. Figur tersohor berumur 97 tahun itu dirawat di rumah sakit untuk observasi.
"Mahathir dirawat di Institut Jantung Nasional (National Heart Institute) untuk observasi selama beberapa hari ke depan seperti yang disarankan oleh tim medis," demikian pernyataan kantor Mahathir, tanpa memberikan rincian gejala atau kondisinya, seperti dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (31/8/2022).
Mahathir yang pernah menjabat selama lebih dari dua dekade sebagai perdana menteri, memiliki sejarah masalah jantung. Dia telah mengalami beberapa kali serangan jantung dan operasi bypass.
Mahathir telah menerima setidaknya tiga dosis vaksin COVID-19, dengan suntikan terakhir yang diketahui pada November 2021, menurut komentar sebelumnya yang dibuat olehnya dan pejabat-pejabat pemerintah Malaysia.
2. AS Kandangkan Helikopter Chinook Buatan Boeing Usai Kebakaran Mesin
Militer Amerika Serikat (AS) meng-grounded atau mengandangkan armada helikopter Chinook H-47 yang menjadi ikon perang AS, mulai dari Perang Vietnam hingga perang di Timur Tengah. Keputusan ini diambil setelah terjadi serentetan insiden kebakaran mesin.
Seperti dilansir AFP, Rabu (31/8/2022), langkah itu berarti akan membuat sekitar 400 unit helikopter Chinook tidak beroperasi. Produsen mesin Honeywell, yang digunakan oleh helikopter Chinook, menyebut adanya dugaan sejumlah 'cincin-O' yang digunakan oleh sejumlah helikopter itu yang tidak memenuhi spesifikasi.
"Militer telah mengidentifikasi akar penyebab kebocoran bahan bakar yang menyebabkan sejumlah kecil kebakaran mesin di antara sejumlah helikopter H-47 dan tengah menerapkan langkah-langkah perbaikan untuk mengatasi masalah ini," ucap juru bicara militer AS Cynthia Smith dalam pernyataannya.
"Meskipun tidak ada kematian atau cedera yang terjadi, pihak militer untuk sementara mengandangkan armada H-47 karena sangat berhati-hati, hingga tindakan perbaikan selesai dilakukan," imbuhnya.
3. Perginya Mikhail Gorbachev yang Picu Runtuhnya Uni Soviet
Mikhail Gorbachev mengubah arah sejarah modern dengan memicu runtuhnya Uni Soviet dan mengizinkan Eropa Timur membebaskan diri dari kekuasaan Soviet. Hal itu membuat Gorbachev dihujani pujian Barat, namun dicemooh banyak warga Rusia.
Seperti dilansir AFP, Rabu (31/8/2022), dengan memperjuangkan reformasi untuk mencapai 'glasnost' atau keterbukaan dan 'perestroika' atau restrukturisasi, Gorbachev secara tidak sengaja melepaskan kekuatan yang memicu keruntuhan Soviet dan penggulingan dirinya.
Disegani di Barat karena memperjuangkan kebebasan dan perubahan saat banyak orang khawatir Perang Dingin tidak akan berakhir, Gorbachev menjadi sosok yang dibenci banyak warga Rusia yang menganggapnya bertanggung jawab atas kehancuran Soviet yang dulu perkasa.
Dalam kebanyakan kasus, ketika Gorbachev berkuasa, dia lebih memilih perdamaian daripada konfrontasi, mempercepat pencairan hubungan dengan Barat melalui hubungan dekatnya dengan para pemimpin Barat seperti Kanselir Jerman Helmut Kohl dan Presiden Amerika Serikat (AS) Ronald Reagan.
4. Taiwan Bersumpah Balas Menyerang Jika Pasukan China Masuk Wilayahnya
Taiwan menegaskan akan mempraktikkan haknya mempertahankan diri dan melancarkan 'serangan balasan' jika Angkatan Bersenjata China nekat memasuki wilayahnya. Penegasan itu disampaikan saat Beijing meningkatkan aktivitas militernya di dekat wilayah Taiwan.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (31/8/2022), para pejabat pertahanan Taiwan mengatakan bahwa patroli militer China dengan 'intensitas tinggi' di dekat Taiwan terus berlanjut dan niat Beijing untuk menjadikan Selat Taiwan sebagai 'laut dalam' akan menjadi sumber utama ketidakstabilan di kawasan.
"Untuk pesawat-pesawat dan kapal-kapal yang memasuki wilayah laut dan udara kami sejauh 12 mil laut, militer nasional akan mempraktikkan hak untuk mempertahankan diri dan melancarkan serangan balasan tanpa pengecualian," tegas wakil kepala staf jenderal untuk operasional dan perencanaan Taiwan, Lin Wen-Huang, kepada wartawan dalam konferensi pers.
Taiwan telah mengeluhkan drone-drone China yang berulang kali mengudara hingga ke dekat gugusan pulau kecil dekat pantai China.
5. Korban Jiwa Banjir Pakistan Tembus 1.100 Orang, Termasuk 380 Anak
Korban jiwa akibat banjir besar yang melanda Pakistan telah bertambah menjadi lebih dari 1.100 orang, termasuk 380 anak-anak. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menyerukan bantuan untuk apa yang disebutnya sebagai "bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (31/8/2022), banjir akibat musim hujan yang luar biasa lebat ini telah menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan dan berdampak pada 33 juta warga, atau 15 persen dari total 220 juta penduduk negara Asia Selatan itu.
Negara ini telah menerima hampir 190 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun pada kuartal hingga Agustus tahun ini, dengan total 390,7 milimeter. Provinsi Sindh, dengan populasi 50 juta jiwa, paling terpukul, mendapat 466 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata 30 tahun. [afs]