WahanaNews.co, Jakarta - Seiring berlalunya waktu, kemampuan otak dapat menurun akibat proses penuaan atau masalah kesehatan yang ada dalam tubuh. Ini bisa mengakibatkan penurunan daya ingat pada seseorang.
Ada berbagai gangguan kesehatan yang dapat berkontribusi pada penurunan daya ingat, seperti demensia dan Alzheimer.
Baca Juga:
Kesepian Bikin Cepat Pikun: Mitos atau Fakta?
Meskipun keduanya dapat mengakibatkan penurunan daya ingat atau bahkan gejala pikun, namun kenyataannya, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Demensia menyebabkan pengidapnya mengalami penurunan daya ingat yang dapat menghasilkan pikun dan mengubah pola berpikir.
Di sisi lain, Alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan juga mempengaruhi kemampuan berpikir, berbicara, dan bahkan perilaku seseorang. Yuk, simak beberapa perbedaannya di sini.
Baca Juga:
Tips Ampuh Meningkatkan Daya Ingat dan Konsentrasi
Tanda-tanda Demensia dan Alzheimer
Demensia adalah salah satu kondisi yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.
Selain itu, gejala demensia meliputi kesulitan berkonsentrasi, perubahan suasana hati, serta seringnya kebingungan mengenai nama orang atau tempat yang biasanya dikenali.
Lalu, bagaimana perbedaannya dengan Alzheimer? Ternyata, demensia memiliki beberapa jenis yang berbeda, salah satunya adalah Alzheimer.
Alzheimer, selain menimbulkan penurunan daya ingat, juga mengakibatkan perubahan perilaku, kemampuan berbicara yang terpengaruh, dan perubahan perilaku yang berkembang seiring waktu pada penderitanya.
Kedua kondisi ini memiliki tahapan perkembangan gejala yang serupa. Namun, perbedaannya terletak pada gejala awal penyakit. Pada demensia, gejala penurunan daya ingat muncul ketika penyakit memasuki tahap kedua perkembangan.
Sementara pada Alzheimer, penurunan ingatan bisa terjadi di awal gejala. Biasanya, penderita akan mulai lupa akan peristiwa penting, kesulitan dalam berbicara, hilangnya kemampuan penciuman, kehilangan semangat, serta kesulitan dalam pengambilan keputusan.
Perbedaan yang cukup mencolok adalah ketika demensia mencapai tahap akhir, penderita dapat kehilangan kemampuan dasar, seperti berjalan, duduk, tidak lagi mengenali anggota keluarga, dan kesulitan dalam berkomunikasi.
Sedangkan pada Alzheimer, halusinasi dapat muncul pada tahap akhir perkembangan penyakit ini. Selain itu, Alzheimer juga dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan tertentu secara perlahan, seperti kemampuan membaca atau menggambar.
Pemicu Demensia dan Alzheimer
Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf dan koneksi antar sel saraf dalam otak.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia termasuk faktor genetik, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, gangguan metabolisme, defisiensi vitamin, serta paparan bahan kimia dan alkohol.
Selain itu, penuaan serta beberapa penyakit seperti diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, dan obesitas juga dapat meningkatkan risiko demensia. Pada sisi lain,
Alzheimer disebabkan oleh akumulasi protein di otak yang dapat menghambat aliran nutrisi ke sel-sel otak, mengakibatkan kerusakan pada sel otak.
Kerusakan otak ini menyebabkan penurunan daya ingat dan jika tidak diatasi, dapat berujung pada kondisi yang serius, bahkan kematian otak. Faktor risiko Alzheimer meliputi usia, riwayat cedera kepala, sindrom Down, dan faktor genetik.
Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat meningkatkan risiko kedua kondisi ini, oleh karena itu, penting untuk menjalani gaya hidup yang sehat dengan berolahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, memastikan cukup istirahat, dan menghindari merokok.
Jika Anda mengalami gejala seperti kesulitan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, atau kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya Anda nikmati, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Deteksi dini dapat membantu dalam pengobatan dan pemulihan kondisi kesehatan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]