Kondisi ini akan menjadi lebih buruk pada anak yang terpapar penyakit campak dengan kondisi kurang gizi. Tak hanya diare berat, komplikasi lain yang bisa terjadi termasuk peradangan pada otak, paru, pneumonia, hingga infeksi yang menyerang selaput mata dan berujung pada kebutaan. 							
						
							
							
								Campak sangat menular							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Ketum PPAL Laksamana TNI (Purn) Yudo Margono Ziarah Ke Taman Makam Bahagia TNI AL, Jonggol
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Selain itu, campak juga menjadi gangguan kesehatan dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Seperti halnya COCID-19, penyakit campak terjadi karena infeksi virus yang berasal dari famili Paramyxovirus.							
						
							
							
								Virus ini dapat dengan mudah menular dari percikan ludah ketika batuk, bicara, bersin, droplet, atau lewat cairan hidung. 							
						
							
							
								Virus mampu bertahan hingga dua jam pada udara terbuka							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Nadiem Akhirnya Buka Suara! Laptop Rp9,9 T Disebut Upaya Selamatkan Pendidikan Saat Pandemi
									
									
										
									
								
							
							
								Tingginya tingkat penularan virus ini membuat anak-anak yang berada di ruang yang sama dengan pengidap penyakit campak bisa segera tertular. Bahkan, meskipun pengidap sudah pergi dari tempat tersebut, virus tetap tinggal pada ruang tersebut dan bisa memicu penularan. 							
						
							
							
								Menginfeksi otak hingga paru-paru							
						
							
							
								Penyakit campak tidak hanya menimbulkan ruam pada permukaan kulit. Infeksi virus ini juga bisa menginfeksi paru-paru, bahkan hingga otak. Inilah sebabnya, ahli menyebut campak lebih berbahaya daripada COVID-19.