WahanaNews.co | Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan UI Ahmad Syafiq, Ir, MSc, PhD, menyarankan sejumlah program yang harus ditambahkan dalam intervensi spesifik penurunan kasus kekerdilan atau stunting kasus ibu menyusui.
Ia menyebutkan hingga saat ini tercatat sebelas program intervensi spesifik penurunan stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Kesebelas program itu menyasar pada siklus daur kehidupan perempuan, mulai dari saat masih menjadi remaja, calon pengantin (catin), pra-hamil, hingga melahirkan anak.
“Untuk ibu menyusui, ini perlu ditambahkan program-programnya. Ibu menyusui ini penting sekali peranannya terkait dengan ASI eksklusif (pada saat setelah melahirkan). Peran mengawal ASI eksklusif itu sangat penting diperhatikan,” kata Syafiq dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/7).
Pertama, Syafiq merekomendasikan program terkait dengan status gizi ibu hamil. Ia menjelaskan bahwa status gizi menentukan berapa banyak cadangan lemak yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI pada saat ibu memasuki periode menyusui.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
“Jadi pada saat hamil, ini (status gizi) sangat penting supaya sewaktu menyusuinya sudah siap dengan cadangan lemak yang cukup,” ujarnya.
Kedua, program terkait dengan inisiasi menyusui dini (IMD).
Menurut Syafiq, proses IMD ini penting untuk ditambahkan ke dalam program intervensi spesifik karena terkait langsung dengan keberhasilan ASI eksklusif yang diberikan pada bayi selama enam bulan.