Hal itu terjadi karena stamina jemaah haji sudah lemah akibat banyaknya aktivitas fisik.
"Puncak kematian harian tertinggi terjadi pada masa Armuzna sampai 5 hari pasca Armuzna, ini masa-masa kritis karena jemaah harus berjalan kaki," kata dia.
Baca Juga:
Penjabat Gubernur Gorontalo Sambut Kedatangan Kloter 12 Haji 2024
Untuk mencegah hal tersebut, Liliek meminta pembimbing ibadah haji untuk melihat secara hati-hati kondisi kesehatan jemaah dan jangan semua jemaah diperlakukan sama dalam melakukan aktivitas. Terutama sebelum puncak haji.
"Sebaiknya aktivitasnya disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing. Armuzna itu puncak haji, saat itu jemaah harusnya dalam puncak kebugarannya bukan dalam puncak kelelahannya," katanya.
Selain itu, pihaknya juga akan mendirikan klinik di hotel. Di mana setiap jemaah yang lalu lalang akan melewati klinik tersebut.
Baca Juga:
Jemaah Haji Meninggal Tembus 1.000 Akibat Cuaca Panas Mendidih di Arab
"Tujuannya, kalau mereka mengalami gangguan kesehatan bisa langsung konsultasi kepada tenaga kesehatan," katanya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga menugaskan dokter-dokter spesialis di setiap sektor. Mereka ini berada di luar hotel seperti di tempat ibadah agar lebih mendekat kepada jemaah.
"Di situ kita tempatkan dokter-dokter spesialis sehingga bisa langsung diidentifikasi jemaah yang sakit apakah ini bisa dirujuk ke rumah sakit haji indonesia yang sifatnya darurat atau di klinik arab saudi supaya jemaah ini dapat penanganan yang cepat dan tepat," ucapnya. [Tio/Sindo]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.