Akibatnya, bakteri bisa terus hidup dan berkembang biak di dalam tubuh dengan membawa kekebalan dari obat antibiotik. Kondisi ini dikenal dengan resistensi antibiotik.
Saran medis yang diberikan saat ini mengharuskan mengonsumsi antibiotik hingga habis seperti yang sudah diresepkan dan direkomendasikan oleh tenaga kesehatan profesional, meskipun merasa kondisi sudah lebih baik.
Baca Juga:
Ancam Kesehatan, BPOM Amankan Obat Ilegal Bernilai Rp 8,1 Miliar di Jawa Barat
Biasanya, selain karena merasa sudah membaik, alasan orang untuk enggan menghabiskan antibiotik adalah durasinya yang terlalu panjang serta takut terhadap efek sampingnya.
Terkait hal ini, WHO menyebut sudah banyak bukti yang bermunculan yang menunjukkan penggunaan antibiotik dalam waktu yang lebih singkat bisa jadi sama efektifnya dengan penggunaan yang lebih lama terhadap beberapa infeksi.
Dalam laman resminya pula WHO menyebut penggunaan antibiotik yang lebih singkat lebih masuk akal karena bisa membuat konsumsi sampai habis, memiliki efek samping yang lebih sedikit dan juga lebih murah.
Baca Juga:
BPOM Tingkatkan Asistensi untuk Percepat Penyediaan Obat Berkualitas
Konsumsi antibiotik dalam waktu yang lebih singkat pun akan mengurangi paparan bakteri terhadap antibiotik, hal ini pun bisa mengurangi kecepatan patogen tersebut dalam mengembangkan resistensi terhadap antibiotik
Penting diingat pula bahwa antibiotik tak bisa sembarangan diminum. Ada baiknya, jangan simpan sisa antibiotik, apalagi untuk diminum di masa mendatang saat merasa sakit.
Mengutip dari laman Consummer Reports dari American Academy of Pediatrics National Conference di tahun 2005, praktik ini sangat berbahaya, karena antibiotik yang digunakan untuk mengatasi penyakit yang bukan merupakan khasiatnya, maka akan ada efek samping serius yang terjadi.