WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, ada sekitar 14.000 sampai 15.000 orang meninggal dunia karena Covid-19 dalam sepekan.
Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, menyampaikan kondisi itu disebabkan beberapa faktor.
Baca Juga:
Banyak Warga Israel Masuk RS, Ini Fakta-fakta Serangan Virus Mematikan West Nile
“Ketika Anda melihat peningkatan penularan (Covid-19), akan ada peningkatan rawat inap, dan ketika ada peningkatan rawat inap, risiko kematian juga akan meningkat," ujarnya seperti dilansir dari Live Mint, Sabtu (27/8/2022).
Dia pun menyebut faktor penting lainnya yang menyebabkan meningkatnya kasus kematian, yakni masih banyak populasi di seluruh dunia yang belum mendapatkan dosis vaksin primer.
Pada akhirnya, kata dia, ini akan mendorong risiko kematian pasien Covid-19.
Baca Juga:
Demam Lassa Menyebabkan 156 Kematian di Nigeria dalam Empat Bulan Terakhir
Dia lebih lanjut menunjukkan fakta adanya subvarian Omicron BA.5 yang juga memengaruhi kenaikan kasus.
Berdasarkan hasil sequencing yang telah dilakukan, sebagian besar adalah Omicron, di mana 83 persen di antaranya merupakan subvarian BA.5. Sehingga, BA.5 sekarang menjadi varian dominan di seluruh dunia.
"Saat ini, peningkatan penularan berarti lebih banyak (kasus Covid-19) rawat inap tetapi sampai sekarang, belum terbukti bahwa BA.5 dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada subvarian lainnya," terang Van Kerkhove.
Persoalan lainnya ialah memasuki tahun ketiga pandemi, pengujian dan sequencing virus menurun, dan itu mengurangi kemampuan analisis varian lantaran tidak adanya data yang dibutuhkan.
“Kami membutuhkan pemeriksaan realitas. Kita harus benar-benar memperhatikan di mana kita berada. Kita seharusnya tidak berada dalam posisi dengan 14.000 atau 15.000 orang meninggal setiap minggu. Seharusnya tidak," imbuhnya.
Van Kerkhove juga menekankan, pandemi Covid-19 belum berakhir. Oleh karenanya, masyarakat masih perlu berhati-hati untuk mencegah paparan virus corona.
Sementara ini, dilansir dari laman UN News, Kamis (25/8/2022) tercatat setidaknya satu juta kematian akibat infeksi virus corona sepanjang tahun 2022.
Hampir 6,45 juta kematian akibat Covid-19 telah dilaporkan ke WHO sejak virus itu pertama kali terdeteksi di China pada akhir 2019.
“Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita sedang belajar untuk hidup dengan Covid-19 ketika satu juta orang telah meninggal karena Covid-19 tahun ini saja," ucap Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Ketika kita berada dalam pandemi selama dua setengah tahun dan memiliki semua alat yang diperlukan untuk mencegah kematian,” sambung dia.
Tedros kembali mendesak semua pemerintah untuk meningkatkan program vaksinasi kepada semua petugas kesehatan, orang tua, dan orang berisiko tinggi, sebagai bagian dari upaya untuk menginokulasi 70 persen populasi global.
Peningkatan penerima vaksin Covid-19 kelompok prioritas
Tedros mengatakan dia senang melihat beberapa negara dengan tingkat vaksinasi terendah sekarang mulai berkembang, terutama di Afrika.
Pada bulan Januari, WHO dan mitra meluncurkan Kemitraan Pengiriman Vaksin Covid-19, yang berfokus pada 34 negara dengan cakupan berada atau di bawah 10 persen.
Kini, hanya 10 negara yang masih memiliki cakupan kurang dari 10 persen, yang sebagian besar menghadapi keadaan darurat kemanusiaan.
Meskipun menyambut kemajuan dalam cakupan kelompok prioritas tinggi, Tedros menggarisbawahi vaksinasi harus lebih ditingkatkan, karena sepertiga dari populasi dunia masih belum divaksinasi.
Ini termasuk dua pertiga petugas kesehatan, dan tiga perempat orang lanjut usia di negara-negara berpenghasilan rendah.
Semua negara juga diminta bertindak untuk memvaksinasi mereka yang paling berisiko, memastikan akses ke terapi, melanjutkan pengujian dan pengurutan, serta menetapkan kebijakan yang disesuaikan guna membatasi penularan virus.
"Ini adalah cara terbaik untuk mendorong pemulihan yang benar-benar berkelanjutan,” katanya. [rin]