Hilman menjelaskan, salah satu metode terapi yang dikembangkan PPIKERTI terinspirasi dari pendekatan Prof. Dr. Ko Sison, yang dinilai efektif, sederhana, dan mudah diterapkan oleh masyarakat luas.
“Metode ini sangat sederhana dan bisa dilakukan siapa saja, bahkan di tingkat kampung," ucapnya.
Baca Juga:
Lindungi ASN Perempuan, Pemerintah Mulai Program Vaksin Kanker Serviks Berskala Nasional
Ia mencontohkan, terapi menggunakan bahan sederhana seperti beras dapat membantu memperbaiki kondisi kaki.
“Hanya dengan bahan sederhana seperti beras, bisa membantu memperbaiki kondisi kaki. Bahkan banyak yang tadinya tidak bisa berjalan menjadi bisa kembali,” katanya melanjutkan.
Hilman menegaskan, metode tersebut tidak sekadar warisan tradisi, tetapi memiliki dasar teori yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena kemudahannya, pendekatan ini berpotensi diterapkan secara massal di berbagai lapisan masyarakat, terutama di daerah yang akses kesehatannya masih terbatas.
Baca Juga:
Kemenkes Buka 150 Prodi Spesialis untuk Pemerataan Dokter di 514 Kabupaten/Kota
Lebih lanjut, ia menilai perkembangan teknologi saat ini menjadi peluang besar bagi layanan kesehatan tradisional untuk menjangkau lebih banyak orang.
“Ini perlu kita bangun kolaborasi antara praktisi, akademisi, dan institusi agar pengobatan tradisional menjadi bagian penting sistem kesehatan nasional,” katanya.
Dengan dukungan Kemenkes dan kerja sama lintas sektor, PPIKERTI berharap pengobatan tradisional berbasis ilmiah dapat terus berkembang sebagai alternatif pendamping pengobatan modern yang aman dan terpercaya.