WahanaNews.co | Kasus Covid-19 di sejumlah negara dikabarkan tengah melonjak.
Di Singapura, misalnya, dikabarkan varian Covid EG.5 jadi varian terbanyak menginfeksi masyarakatnya.
Baca Juga:
Mudah Menular, Benarkan Covid Centaurus Lebih Parah dari Delta?
Soal varian EG.5 alias Eris, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri sudah mengklasifikasikan EG.5 sebagai 'Variant of Interest'.
Lalu apa saja beda gejala varian Covid EG.5, Delta dan Omicron?
Dikutip dari Yale Medicine, berikut ini gejala Covid-19 EG.5,
Baca Juga:
Kerap Disangka Flu Ringan, Ini Tanda-tanda Omicron BA.4-BA.5
1. Pilek
2. Sakit tenggorokan
3. Flu
"Namun, pada kelompok usia 65 tahun ke atas atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, infeksi EG.5 bisa menyebabkan sakit parah," jelas dr Scott Roberts, dokter spesialis penyakit menular Yale Medicine.
dr Roberts mengatakan, varian ini sangat mudah menyebar dan menular antarmanusia. Meskipun memang gejala EG.5 lebih ringan daripada Delta dan Omicron yang merupakan pendahulunya.
Lalu bagaimana dengan Delta dan Omicron?
Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) menjelaskan, gejala akibat kena varian Omicron dengan varian Delta sebenarnya tidak jauh berbeda.
"Tidak ada protokol keamanan dan keselamatan yang berbeda untuk varian Delta dan Omicron," kata Sekretaris Jenderal Perdalin dr. Ronald Irwanto, Sp.PD-KPTI, FINASIM dikutip dari Antara.
Penularan Omicron dan Delta pun sama-sama berasal dari cipratan droplet sehingga apa pun jenis variannya tidak boleh dianggap remeh, kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi itu.
"Sebenarnya gejala Delta dan Omicron hampir seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hilang penciuman, atau ada yang sesak napas. Sebenarnya gejala Omicron enggak ada yang khusus, semua gejala Covid-19 apapun variannya semua hampir sama," jelas dr. Ronald.
dr. Ronald menerangkan, tidak ada perbedaan batuk antara gejala varian Omicron, Delta dan Alpha.
Menurutnya, beda orang beda pula gejala yang dirasakan sehingga hal tersebut tidak bisa disamakan untuk membagi jenis dari varian Covid-19, kecuali melalui uji sampel.
"Batuk Omicron, batuk Delta, batuk flu, batuk Alpha, tidak bisa dibedakan. Jangan terpengaruh dengan isu bahwa kalau Omicron batuknya ringan, kalau Delta kering, semua gejala hampir sama. Oleh karena itu, di era pandemi ini begitu muncul gejala, wajib untuk di-swab karena kita enggak bisa bedakan ini Covid atau bukan," ungkapnya.
Varian Omicron juga disebut tidak memiliki gejala penurunan kemampuan untuk mencium, padahal banyak pasien yang mengalami anosmia.
Hanya saja, masalah ini tidak muncul saat awal terjadinya infeksi.
"Para ahli enggak pernah menyatakan Omicron enggak alami anosmia, banyak juga yang mengalaminya. Gejala semua bisa mirip, baik Delta maupun Omicron, munculnya anosmia bisa kapan saja, ada yang dari awal gejala muncul tapi ada juga yang baru di hari kelima," kata dr. Ronal.
Akan tetapi, dr. Ronald mengakui bahwa Omicron lebih menular dibandingkan dengan Delta. Namun dengan lebih banyak kasus yang muncul, angka rawat inap pun semakin tinggi.
Spektrum derajat infeksi Omicron juga beragam bisa asimtomatik, ringan, perlu rawat inap, hingga kematian. Meskipun berdasarkan data awal Omicron lebih ringan, virus ini masih berbahaya terhadap populasi rentan seperti orang lanjut usia, komorbid dan lainnya.
"Selain vaksinasi, menerapkan protokol kesehatan sangat penting untuk menurunkan transmisi, apapun variannya," tutup dr. Ronald.
[Redaktur: Zahara Sitio]