WahanaNews.co | Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban menyatakan belum ada kasus warga Indonesia terinfeksi Virus Corona varian Omicron.
Selain itu, Zubairi menyebutkan, kemampuan deteksi whole genome sequencing (WGS) juga cukup baik.
Baca Juga:
Kerap Disangka Flu Ringan, Ini Tanda-tanda Omicron BA.4-BA.5
“Kalaupun misalnya ada (varian Omicron), pasien dengan gejala biasanya dirawat di rumah sakit. Saat ini, saya belum melihat ada lonjakan kasus Covid-19. Masih sepi banget, masih kosong dan sunyi. Intinya kita bisa monitor melalui di situ tapi ini tidak ada kenaikan pasien dirawat,” kata Zubairi kepada wartawan, Jumat (10/12/2021).
Zubairi menambahkan, jika mempertimbangkan ada pasien yang diduga Covid-19 dan terinfeksi varian Omicron yang dirawat di ruang non Covid-19, ia menegaskan hingga saat ini belum ada lonjakan kenaikan pasien di rumah sakit.
Untuk itu, Zubairi juga mengatakan jika varian Omicron sudah masuk Indonesia tentu akan terdeteksi karena WGS sangat baik untuk mendeteksi.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Minta Waspadai Kasus Omicron B1.4 dan BA.5 di Indonesia
Kendati demikian, Zubairi mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada dan tidak jumawa menghadapi varian Omicron ini.
Epidemiolog Terus Selidiki Corona Varian Omicron
Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) varian virus Covid-19 Omicron yang hingga saat ini masih belum menyebabkan kematian dan masih diinvestigasi oleh para ahli.
"Sejauh ini varian Omicron masih under investigation untuk beberapa bagian. Tapi Omicron ini dianggap menular dengan cepat dan banyak," kata Kepala Bidang Pengembangan Profesi PAEI Masdalina Pane dalam diskusi daring mengenai varian virus Omicron yang diselenggarakan oleh Media Indonesia dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (10/12/2021).
Varian Omicron ditetapkan sebagai variant of concern (VOC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir November 2021.
Sejumlah syarat varian virus ditetapkan sebagai VOC yaitu memiliki transmisi virus yang lebih cepat dan banyak dibandingkan varian sebelumnya, lebih ganas atau menyebabkan perburukan lebih dari varian sebelumnya, kebal terhadap vaksinasi yang sudah ada, mempengaruhi alat diagnostik yang sudah ada, dan mempengaruhi standar pengobatan yang sudah ada.
Masdalina menyebut bahwa penelitian mengungkapkan varian Omicron memiliki laju transmisi 10 hingga 40, artinya dari satu orang yang positif Covid-19 varian Omicron bisa menulari mulai dari 10 hingga 40 orang yang berada di sekitarnya.
Jumlah tersebut jauh lebih besar dari varian virus pertama yang berasal dari Wuhan yaitu laju transmisi 2 hingga 4, dan laju transmisi varian Delta yang mencapai 6 sampai 8.
Saat ini, lanjut Masdalina, para ahli sedang mengonfirmasi mengenai kemungkinan adanya kasus kematian akibat Omicron.
"Memang saat ini didapatkan hasil bahwa belum ada yang meninggal karena Omicron. Tetapi itu akan dikonfirmasi, karena peningkatan kasus di Afrika juga meningkatkan jumlah kematian di sana," kata dia.
Sejauh ini, penelitian juga masih mengonfirmasi apakah varian Omicron berdampak lebih buruk pada kelompok yang berisiko tinggi seperti lansia ataupun orang dengan komorbid.
Hal itu dikarenakan hingga saat ini Omicron masih menginfeksi orang usia produktif.
Namun ada pula dugaan yang menyebutkan bahwa Omicron berpengaruh lebih buruk pada orang yang mengidap penyakit HIV.
"Seperti yang kemarin diduga penderita HIV, karena cukup besar prevalensi HIV di sana. Tapi semua ini masih under investigation, dan semua negara sudah melakukan berbagai persiapan untuk melakukan cegah tangkal supaya tidak masuk ke negaranya," kata dia.
Masdalina menyebutkan bahwa kehebohan tentang Omicron belakangan ini dimaksudkan agar setiap seluruh negara di dunia bisa lebih waspada dan ansitipatif agar varian baru tersebut tidak menyebar lebih luas seperti halnya varian Delta. [rin]