“Kontrakan aja yang dilanjutin (bayar). Cuma warga di sini kan bingung mau makan apa. Sedangkan anak juga perlu buat jajan sekolah. Kalau tidak ada uang kerahiman, bagaimana?” ungkap Rahmat.
Situasi ini membuat warga terdampak Cs-137 mulai resah. Terlebih lagi, sebagian dari mereka juga harus kehilangan pendapatan harian setelah direlokasi.
Baca Juga:
Hewan Ternak di Cikande Terpapar Zat Radioaktif? Satgas Angkat Suara
Rahmat mengaku harus meninggalkan pekerjaannya sebagai petani dan peternak setelah direlokasi. Puluhan bebek dan ayam ternaknya mati setelah ditinggal lebih dari dua pekan.
Pemerintah Kabupaten Serang, kata Rahmat, mulanya menjanjikan akan mengganti ternak yang mati. Namun, sampai hari ini, tidak ada sepeser pun uang penggantian yang diterima Rahmat.
Terpaksa, beberapa kali Rahmat harus mengendap-endap masuk ke pekarangan rumahnya sendiri untuk menghindari pengawasan polisi.
Baca Juga:
Cuaca Panas di Berbagai Daerah, Kapan Berakhir? Begini Prediksi BMKG
“Kalau nggak kucing-kucingan mungkin pada mati semua dalam jangka satu minggu ataupun dua hari ayam sama bebek,” kata Rahmat.
Warga Kampung Barengkok lainnya, Ijul—juga bukan nama sebenarnya—turut melakukan hal serupa. Ijul sembunyi-sembunyi masuk ke pekarangan rumahnya pada malam hari untuk memberi pakan ternak sembari mengambil beberapa telur yang sudah siap jual. Ijul terpaksa melakukan itu lantaran butuh biaya untuk berobat anaknya, yang belakangan harus mengalami muntaber setelah tinggal di pengungsian.
“Habis telur juga dimakan biawak. Naik semua biawak karena nggak ada kehidupan. Itu kan rawa-rawa,” kata Ijul.