WahanaNews.co | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan di masa mendatang Indonesia tidak akan lagi mengimpor vaksin dari luar negeri.
Hal ini dikarenakan produksi vaksin rencananya akan dilakukan di dalam negeri. Produksi vaksin ini akan menjadi fokus PT Bio Farma (Persero) yang merupakan bagian dari klaster BUMN kesehatan.
Baca Juga:
Katalin Kariko dan Drew Weissman Raih Nobel Kedokteran 2023
Hal ini disampaikan Erick dalam Orasi Ilmiah di Universitas Brawijaya, Sabtu (27/11/2021) pekan lalu.
"Bio Farma tetep fokus di vaksin karena kita sedang melawan terus-menerus epidemi, karena ga mungkin epidemi ini import terus vaksinnya ke depan. Lagi berusaha kita dengan yang namanya vaksin BUMN. Karena ga mungkin kita pake vaksin asing terus," kata Erick, dikutip Senin (29/11/2021).
Di samping Bio Farma yang difokuskan sebagai produsen vaksin, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) akan difokuskan pada produksi obat-obatan kimia. Sedangkan PT Indofarma Tbk (INAF) akan difokuskan pada obat-obatan herbal.
Baca Juga:
Vaksin Covid-19 Bakal Berbayar, Kemenkes Jawab Ini
Dia menjelaskan, saat ini terdapat tiga tantangan yang dihadapi Indonesia di industri kesehatan. Yakni situasi pandemi yang berlangsung saat ini dan potensi pandemi berikutnya yang bisa saja terjadi.
Selain itu, bahan baku obat-obatan dalam negeri saat ini masih bergantung pada impor yang juga berdampak pada masalah berikutnya, yakni harga obat yang mahal.
"Ini adalah tiga ancaman yang saya sangat berharap kita semua apakah BUMN, universitas, rakyat Indonesia harus berpikir secara gotong royong, bekerja sama satu dan lainnya untuk bangun pondasi jalan keluar, road map yang kita harapkan," ungkapnya.
Untuk diketahui, latar belakang pendirian holding ini adalah tren sektor kesehatan global dan penyakit di negara berkembang, yang memerlukan suatu solusi yang lebih menyeluruh bagi konsumen.
Hal ini sejalan dengan tren kesehatan di masa yang akan datang, menuntut industri kesehatan tidak hanya terbatas pada pengobatan dan pencegahan saja, melainkan sudah mulai merambah kepada pelayanan kesehatan, termasuk pembiayaan melalui asuransi kesehatan.
Sehingga dengan adanya holding nantinya akan memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, meningkatkan ketersediaan produk, dengan menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi.
Holding farmasi ini dibentuk dengan untuk menciptakan efisiensi bahan baku, sehingga akan dihasilkan harga obat yang terjangkau, yang akan meningkatkan skala bisnis.
Targetnya dapat menurunkan impor bahan baku farmasi atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) dari 90% menjadi 75%, dan kemudian dengan adanya holding ini diharapkan produk farmasi dapat tersebar secara merata ke seluruh pelosok negeri.
Selain ketiga perusahaan farmasi ini, kementerian juga menggabungkan PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) atau Inuki dalam klaster kesehatan ini.
Pertimbangan masuknya perusahaan ini di klaster kesehatan karena makin berkembangnya kedokteran nuklir sehingga diintegrasikan dengan perusahaan yang sudah ada.
"Kementerian BUMN berencana untuk memasukkan Inuki ke dalam Holding Farmasi dan telah menyampaikan inisiasi kepada stakeholder untuk dimulainya proses menjadikan Inuki sebagai bagian dari Holding Farmasi. Kami berharap ini dapat selesai di tahun 2021. Inuki akan difokuskan untuk mendukung Kedokteran Nuklir di Indonesia," kata Aditya Dhanwantara, Asisten Deputi Bidang Telekomunikasi dan Farmasi Kementerian BUMN, dalam acara diskusi virtual, Kamis (15/10/2020). [rin]