"Beberapa orang mungkin berkata, 'Yah, vaksinasi dan booster tidak mencegah orang terinfeksi.' Dan, ya, itu benar," ujar dia.
“Tetapi apa yang telah kita lihat adalah tingkat orang yang berakhir di rumah sakit dan meninggal telah menurun secara signifikan. Karena semakin banyak orang yang telah divaksinasi, dikuatkan, atau terinfeksi secara alami, kami mulai melihat tingkat latar belakang kekebalan di seluruh dunia meningkat,” papar dia.
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
Mungkin perlu beberapa pekan untuk mengetahui apakah mutan omicron terbaru dapat memengaruhi lintasan pandemi.
Sementara itu Dr Gagandeep Kang yang mempelajari virus di Christian Medical College India di Vellore, mengatakan kekhawatiran yang berkembang atas varian tersebut menggarisbawahi perlunya upaya yang lebih berkelanjutan untuk melacak dan melacak virus yang menggabungkan upaya genetik dengan informasi dunia nyata tentang siapa yang sakit dan seberapa buruk.
“Penting bahwa pengawasan bukanlah strategi start-stop,” ungkap dia.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Luo mengatakan BA.2.75 adalah pengingat lain bahwa virus corona terus berkembang dan menyebar.
“Kita ingin kembali ke kehidupan pra-pandemi, tetapi kita tetap harus berhati-hati,” ujar dia.
Dia menambahkan, "Kita harus menerima bahwa kita sekarang hidup dengan tingkat risiko yang lebih tinggi daripada dulu." [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.