Pessiglione dan rekan termasuk penulis pertama studi Antonius Wiehler ingin memahami apa sebenarnya yang menyebabkan kelelahan mental.
Gagasan studi ini, mereka menduga bahwa alasannya berkaitan dengan kebutuhan dalam mendaur ulang zat yang berpotensi beracun yang muncul dari aktivitas saraf.
Baca Juga:
Dana Desa 2025, Pemdes Muara Sibuntuon Bagikan Makanan Tambahan
Reaksi kimia otak saat orang overthinking
Dalam studi untuk mencari bukti bagaimana berpikir keras hingga overthinking dapat menyebabkan rasa lelah, para peneliti menggunakan spektroskopi resonansi magnetik (MRS) untuk memantau kimia otak selama hari kerja.
Baca Juga:
Cegah Kanker Serviks Sejak Dini, Vaksin HPV Direkomendasikan untuk Remaja
Peneliti pun mengamati dua kelompok orang, mereka yang perlu berpikir keras dan mereka yang diberi tugas kognitif yang relatif lebih mudah.
Hasilnya, mereka melihat adanya tanda-tanda kelelahan, termasuk berkurangnya pelebaran pupil yang diamati pada kelompok yang melakukan pekerjaan yang menuntut otak berpikir keras hingga overthinking.
Mereka yang berada di dalam kelompok itu juga menunjukkan pergeseran pilihan ke arah opsi yang menawarkan imbalan dengan penundaan singkat dengan sedikit usaha.