Namun, implementasinya masih terbatas, belum seragam, dan belum memiliki standar nasional.
Keterbatasan tersebut dipengaruhi minimnya tenaga kesehatan terlatih, ketiadaan mekanisme pembiayaan khusus, serta sistem informasi yang masih terpecah-pecah.
Baca Juga:
Musim Hujan Tak Stabil, Kasus Chikungunya di Indonesia Naik Tajam Awal 2025
Karena itu, ia menilai diperlukan langkah strategis agar kesinambungan layanan dan integrasi pengelolaan penyakit dapat terjamin, baik di tingkat individu, keluarga, maupun komunitas.
Beberapa strategi yang disarankan meliputi standardisasi discharge planning (perencanaan pulang) di rumah sakit, penguatan peran Spesialis Kedokteran Keluarga (Sp.KKLP), integrasi data medis lintas fasilitas, penerapan model pembiayaan berbasis nilai (value-based care) seperti bundled payment, serta pendidikan kedokteran yang memperkenalkan pendekatan transisi sejak dini.
Pelayanan transisi, tambahnya, mencakup perencanaan pulang, edukasi, pemantauan, dan koordinasi lintas tim medis.
Baca Juga:
PPOK, Pembunuh Senyap dari Paru-paru: Ancaman Nyata Bagi Perokok
Dokter keluarga bersama komunitas menjadi penghubung penting dengan memahami kondisi pasien dalam lingkungannya sehari-hari.
Mereka juga mendorong keterlibatan keluarga yang didukung kader kesehatan maupun pekerja sosial di masyarakat.
“Pelayanan kesehatan berbasis kedokteran keluarga dan komunitas serta pelayanan transisi akan memperkuat layanan primer. Dan memberikan solusi bagi Indonesia di tengah tantangan penyakit kronik dan populasi menua," ujarnya.