Di sisi lain, Prof Kusnandi mengatakan pengulangan vaksinasi
tak harus pakai Sinovac. Ia menyatakan seseorang boleh divaksin corona dengan
merek yang berbeda-beda tiap tahunnya.
Misalnya di tahun pertama pakai vaksin Sinovac, sementara di
tahun kedua memakai vaksin Pfizer. Sebab menurut dia, semua vaksin COVID-19
memiliki fungsi yang sama.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
"Boleh. Karena kita semua sudah punya reseptor untuk
menangkap rangsangan virus COVID-19. Apa itu Sinovac, Moderna, AstraZeneca,
atau Pfizer itu sama-sama bikin reseptor sehingga tubuh kita itu mempunyai
reseptor untuk membentuk antibodi. Jadi semua akan bentuk antibodi,"
sambungnya.
Vaksin Sinovac adalah salah satu vaksin yang efikasinya
paling rendah dari merek lainnya yakni 65%. Tenaga kesehatan adalah sasaran
pertama vaksinasi Sinovac di RI, sehingga rata-rata nakes sudah mendapatkan
dosis penuh vaksin tersebut.
Namun seiring tingginya lonjakan kasus COVID-19, banyak
nakes yang terpapar COVID-19 bahkan sampai wafat meski sudah divaksin. Oleh
sebab itu, pemerintah memutuskan memulai program suntikan ketiga sebagai
booster bagi nakes pakai Moderna pekan ini.
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
"Memang diperlukan itu [dosis ke-3], karena hasil uji
klinis menunjukkan kadarnya [imun] akan turun [setelah menerima dosis
ke-2]," pungkas Prof Kusnandi. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.