Apabila hal-hal tersebut diajarkan kepada anak, maka anak dengan sendirinya akan bisa memilah mana perilaku yang baik dan buruk, termasuk tahu perilaku mana yang tidak membuat orang lain terluka.
Sebaliknya, jika tidak pernah diajarkan, maka akan berdampak pada ketidakpahaman yang dialami anak. Romi memandang bahwa moral merupakan sesuatu yang tampaknya terberi dari Tuhan.
Baca Juga:
Kepala Dinas Kaltim Sebut 568 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Akan tetapi, jika tidak distimulasi dan tidak diasah, maka akan sulit bagi seseorang untuk memahami dan memilah mana yang baik dan buruk.
Terlepas dari pendidikan moral, pola pengasuhan juga menjadi hal penting lainnya yang harus dipahami orang tua guna mencegah munculnya sifat kekerasan pada anak di masa mendatang.
Terdapat empat jenis gaya pengasuhan antara lain otoriter, permisif, neglected atau pengabaian, serta demokratis.
Baca Juga:
Kemen PPPA Kawal Kasus Penganiayaan Anak di Depok, Pastikan Anak Korban Dapat Perlindungan
Menurut Romi, setiap pola asuh tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, imbuh dia, sebetulnya orang tua bisa memilih hendak menerapkan pola asuh yang mana.
"Anehnya orang tua kadang-kadang tidak melakukan itu. Kalau sudah pernah pakai satu gaya pola pengasuhan, itu yang terus-terus dipakai. Jadi dominannya ada pada satu gaya pengasuhan," jelas Romi.
"Sebetulnya gaya pengasuhan itu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari keadaan pada saat ini," tutup Romi.