WahanaNews.co | Selama musim pancaroba saat ini, Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Prof Dr Tjandra Yoga Aditama mengingatkan munculnya penyakit leptospirosis akibat bakteri Leptospira.
Dokter ini mengatakan penyakit ini ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus.
Baca Juga:
Resmi Dilantik, IDI Cabang Sikka Periode 2024-2027 Dipimpin Dokter Tedi, Berikut Susunan Kepengurusannya.!!
Sementara pada musim hujan, terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri.
Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia di mana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.
"Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran dan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan akan jatuh sakit," tulis dia dalam pesan elektroniknya kepada media, Sabtu (4/11/2023).
Baca Juga:
Pjs. Bupati Labuhanbatu Utara Hadiri Peringatan HUT IDI ke-74
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu lalu memberikan kiat mengantisipasi penyakit leptospirosis yakni menjaga kebersihan agar tak ada tikus berkeliaran, tidak bermain air saat banjir, terutama jika memiliki luka.
Langkah lainnya yakni memakai pelindung seperti sepatu jika terpaksa harus ke daerah banjir dan segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.
Menurut Tjandra, selain leptospirosis, masih ada beberapa penyakit lain yang perlu orang-orang waspadai selama musim pancaroba ini, salah satunya diare.
Penyakit ini sangat erat kaitanya dengan kebersihan individu atau personal hygiene. Musim panas yang berkepanjangan menyebabkan suplai air bersih juga akan berkurang dan dengan persediaan air yang tebatas maka personal higienis juga menurun.
Lebih lanjut disampaikan Tjandra, ini akan meningkatkan terjadinya penularan penyakit diare.
Kemudian, demi melindungi diri dari risiko penyakit diare, dia menganjurkan masyarakat untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan atau minum serta sehabis buang hajat dan membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari.
Selain itu, masyarakat diimbau menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal, serta tidak lupa menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.
Penyakit lain yang juga perlu diwaspadai yaitu demam dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti.
Menurut Tjandra, pada musim kemarau, persediaan air bisa sangat terbatas sehingga masyarakat akan cenderung menghemat air dan kebiasaan menguras bak-bak air juga akan menjadi jarang.
"Hal ini memberikan kesempatan kepada nyamuk aedes aegypti untuk berkembang biak yang pada akhirnya meningkatkan faktor risiko terjadinya penularan penyakit demam dengue," ujar dia yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.
Di sisi lain, pada pergantian musim dari musim panas ke musim hujan maka akan terjadi genangan-genangan air di beberapa kontainer yang sebelumnya tidak berisi air seperti ban-ban bekas, kaleng serta talang-talang rumah dengan kontruksi kurang bagus.
Ini semua, imbuh Tjandra, memberikan kesempatan kepada vektor penyakit demam berdarah untuk berkembang biak.
Dia lalu mengingatkan tentang risiko orang-orang terkena penyakit demam tifoid yang sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air bersih.
Penyakit ini sangat mudah menular melalui makanan minuman yang diproses kurang bersih. Tjandra menambahkan, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) juga termasuk penyakit yang perlu diwaspadai.
Pada situasi pancaroba dan polusi udara, ISPA akan meningkat.
Selain itu, masyarakat juga perlu mengantisipasi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.
Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat perubahan musim pancaroba.
[Redaktur: Zahara Sitio]