"Kemudian kode 3, PVC atau polyvinyl chloride, yakni plastik yang tidak bisa didaur ulang dan agak keras, misalnya pipa air atau mainan anak, sangat tidak dianjurkan untuk dipanaskan, karena bahan kandungannya kalau terurai secara tidak sempurna bisa berbahaya, jika terhirup bisa menyebabkan gangguan pernafasan," demikan dia menjelaskan.
Sementara kode 4, low density polyethylene atau LDPE, banyak digunakan untuk tempat makanan atau botol, bisa didaur ulang tetapi bahannya lebih lembek, dan bisa digunakan kembali, misalnya kantong belanja atau tempat makanan berupa mangkok plastik.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Selanjutnya kode 5, polypropylene atau PP, yang biasa digunakan untuk botol susu bayi, tumbler, atau kemasan makanan.
Bahan jenis PP ini yang paling dianjurkan untuk digunakan kembali karena bisa dipanaskan. Pada botol susu bayi, jenis plastik PP biasanya ditambah dengan keterangan BPA free, artinya tidak menggunakan bahan dengan bisphenol-A atau racun yang menyebabkan gangguan kesehatan.
Lalu, Kode 6, polystyrene atau PS, yang ada dalam gabus sintetis atau styrofoam, bahan ini sangat berbahaya apabila dipanaskan.
Baca Juga:
Ini Langkah Agincourt Resources Menangkal Serangan "Monster" Plastik
"Bahan styrofoam masih banyak yang menggunakan untuk menyimpan makanan, padahal ini sangat berbahaya untuk makanan panas apalagi kalau digunakan kembali, tidak disarankan sama sekali," kata Yeyen.
Terakhir yakni kode 7 atau other, yang terdiri dari macam-macam bahan, umumnya polycarbonate.
"Kode 7 ini biasanya di botol minum, tetapi sebenarnya botol minum mengandung bisphenol-a, kalau bahan plastiknya terurai tidak sempurna, lalu masuk ke makanan atau minuman, bisa menyebabkan gangguan kesehatan," ujar Yeyen.