WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah krisis kelaparan yang melanda Zimbabwe dan Namibia akibat kekeringan ekstrem, kedua negara Afrika bagian selatan ini mengambil langkah drastis untuk menyelamatkan penduduk mereka.
Kekurangan pangan yang parah telah mendorong pemerintah kedua negara untuk mencari solusi yang kontroversial.
Baca Juga:
Penggerakan Tim BKSDA Aceh dalam Penghalauan Gajah Perusak Rumah dan Kebun Penduduk
Mereka memutuskan untuk membantai ratusan gajah liar dan hewan lainnya untuk menyediakan makanan bagi masyarakat yang terpuruk.
Langkah ini mencerminkan betapa mendesaknya situasi dan bagaimana kekeringan telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Zimbabwe dan Namibia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membantai ratusan gajah liar dan hewan lainnya sebagai upaya untuk mengatasi krisis kelaparan di kalangan penduduk yang terimbas oleh kekeringan ekstrem.
Baca Juga:
Bayi Gajah dengan bobot 75,5 kg Lahir di Sebanga Bengkalis
Di kedua negara Afrika bagian selatan ini, kondisi kekeringan yang parah telah menyebabkan banyak warga mengalami kelaparan.
Menurut laporan AP News, Zimbabwe mengungkapkan pada Senin (16/9/2024) bahwa mereka akan memberikan izin untuk membantai 200 gajah.
Daging dari gajah-gajah ini akan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Sementara itu, Namibia sedang melakukan pembantaian lebih dari 700 hewan liar, termasuk 83 gajah, untuk tujuan yang sama.
Tinashe Farawo, juru bicara Otoritas Pengelolaan Taman Nasional dan Satwa Liar Zimbabwe, menyatakan bahwa izin untuk berburu gajah akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Beberapa dari 200 gajah ini juga akan dibunuh oleh lembaga tersebut. Pembantaian akan dilakukan di area dengan populasi gajah yang berlebihan, seperti Taman Nasional Hwange di barat Zimbabwe, di mana terdapat persaingan ketat antara manusia dan satwa liar untuk sumber daya yang terbatas.
Hwange, yang memiliki lebih dari 45.000 gajah, hanya dapat menampung sekitar 15.000 gajah. Dengan total populasi gajah di Zimbabwe mencapai 100.000 ekor—dua kali lipat dari kapasitas taman nasional—langkah ini dianggap perlu.
Zimbabwe mengikuti langkah Namibia, yang sebelumnya memutuskan untuk memusnahkan sejumlah besar hewan, termasuk 83 gajah, dan melibatkan perempuan untuk mengeringkan daging serta mendistribusikannya ke komunitas yang membutuhkan protein.
Namibia, bulan lalu, menyetujui pemusnahan 723 hewan, termasuk 83 gajah, 30 kuda nil, 60 kerbau, 50 impala, 300 zebra, dan 100 eland.
Hewan-hewan ini diambil dari lima taman nasional Namibia. Juru bicara departemen lingkungan Namibia, Romeo Muyunda, menegaskan bahwa langkah ini diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya alam digunakan untuk kepentingan warga Namibia.
Guyo Roba, seorang pakar keamanan pangan dan pertanian dari Jameel Observatory di Kenya, menganggap bahwa tindakan pemerintah Zimbabwe dan Namibia dapat dimaklumi mengingat tingkat kekeringan dan kondisi populasi hewan di wilayah tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]