Dalam rencana tersebut, kematian Putu Satria Ananta akan dibuat seolah-olah disebabkan oleh serangan jantung, bukan akibat penganiayaan.
"Infonya taruna tersebut sakit serangan jantung sehabis olahraga dan bersih-bersih kampus. Tim dokter bilang tidak ada tanda-tanda kekerasan. Namun masih menunggu hasil visum, infonya almarhum sudah diserahkan ke Dishub karena taruna titipan dari daerah," isi tulisan seseorang yang tampak telah dikirim berulang-ulang.
Baca Juga:
Kepala BPJN Kalbar, Ayah Dokter Koas Lady Sangkal Punya SPBU dan Butik ke KPK
Para senior di STIP membuat kronologi palsu agar masyarakat dan media tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya.
"Dibikin kronologinya begini, biar semua orang dan media ga tau apa yang sebenernya terjadi," tambahnya.
Lalu chat tersebut dibalas oleh seseorang dalam grup WhatsApp tersebut dan menyinggung soal pembunuhan junior oleh seniornya.
Baca Juga:
Usai Aniaya Wartawan Kades di Aceh Ditetapkan Polisi Sebagai Tersangka
"Ga ada anj abang bunuh adeknya sendiri," tulis seseorang.
"Gaada yang safety," komentar lain di grup tersebut.
Aksi penganiayaan berujung kematian Putu Satria Ananta akhirnya terungkap.