Hasil otopsi mengonfirmasi dugaan pembunuhan, menyatakan penyebab kematian Brigadir Esco bukan bunuh diri melainkan akibat kekerasan.
Sebelum ditemukan tewas, Brigadir Esco sempat hilang kontak selama beberapa hari.
Baca Juga:
“The Monster of Florence”, Kisah Pembunuh Berantai Nyata yang Mengguncang Italia Hadir di Netflix
Komunikasi terakhir terjadi enam hari sebelum jasadnya ditemukan, saat ia mengeluh sakit asam lambung kepada adiknya.
Keluarga sempat menjenguk dan melihat kondisinya membaik, namun sejak selesai piket pada Selasa malam, Esco tak lagi bisa dihubungi hingga akhirnya ditemukan sudah tidak bernyawa.
Ayahnya meyakini ada rekayasa dalam kasus ini.
Baca Juga:
Misteri Utang Rp 390 Juta di Balik Pembunuhan Brigadir Esco
"Tidak mungkin dia sendiri. Mustahil dia sendiri. Paling tidak terlepas dari keluarganya. Dan saya yakin ada pihak luar yang terlibat dalam hal ini," ungkap Syamsul.
Ia meminta agar kasus ini diusut tuntas dan pelaku mendapat hukuman maksimal.
"Dan memohon juga ketika pelaku tersangka dari pihak penegak hukum, ketika itu (keadilan) tidak terlaksana dan keluarga tidak puas, kita juga tidak berani jamin apa yang akan terjadi. Bukan mengancam sih cuma ketidakpuasan keluarga akan berbuat fatal," tambahnya.