Megathrust Selat Sunda memiliki panjang sekitar 280 kilometer, lebar 200 kilometer, dan pergeseran sebesar 4 sentimeter per tahun.
Menurut BMKG, gempa besar terakhir di wilayah ini terjadi pada tahun 1757, dan saat ini telah memasuki masa seismic gap selama 267 tahun.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Rahma menjelaskan bahwa akumulasi energi terbesar ada di Jawa bagian barat, tepatnya di wilayah selatan Banten, di mana tinggi gelombang tsunami diperkirakan bisa mencapai 20 meter di daerah Lebak, Banten.
Daerah lain di selatan Jawa rata-rata akan mengalami tsunami setinggi 15 meter dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
Dalam upaya mitigasi, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa BMKG telah memasang alat-alat deteksi gempa di zona Megathrust Selat Sunda, terutama karena wilayah ini dekat dengan Provinsi Banten, yang merupakan kawasan industri kimia.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Hal ini menjadi perhatian serius karena dampak gempa di wilayah industri akan berbeda dibandingkan daerah lain.
Sejak 2018, BMKG telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, pihak industri, dan masyarakat untuk memasang peringatan dini serta membangun jalur evakuasi.
Menurut Dwikorita, mitigasi terhadap gempa besar dan potensi tsunami di kawasan ini membutuhkan perhatian yang mendalam, terutama karena kepadatan penduduk dan banyaknya hotel di kawasan tersebut.