BMKG telah memasang 39 unit seismograf sejak 2019 untuk mengukur pergerakan bumi di wilayah tersebut, jauh lebih banyak dibandingkan jumlah sebelumnya yang kurang dari 10 alat.
BMKG telah memasang 20 unit akselerograf, atau yang dikenal sebagai strong motion seismograf, alat yang digunakan untuk merekam guncangan tanah yang sangat kuat sehingga percepatan permukaan tanah dapat terukur.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Menurut Dwikorita, jumlah akselerograf yang dipasang di Banten merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan wilayah lain.
Selain itu, Dwikorita menyatakan bahwa BMKG telah memasang 22 unit alat pendeteksi ketinggian air otomatis atau tsunami gate, yang berfungsi mendeteksi kemungkinan tsunami yang disebabkan oleh gempa megathrust atau aktivitas Gunung Anak Krakatau.
BMKG juga meningkatkan jumlah sirine evakuasi di wilayah Banten dari sebelumnya 2 unit menjadi 15 unit.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Selain itu, mereka telah memasang 81 Warning Receiver System (WRS) di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hotel, dan kawasan industri.
WRS ini adalah alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi terkait gempa bumi dan peringatan dini tsunami.
"Selain itu, kami juga mengadakan sekolah lapang gempa di tujuh lokasi, untuk memberdayakan pemerintah daerah dan masyarakat agar mereka bisa lebih mandiri dalam menghadapi potensi bencana," jelasnya.