"Semenjak
pintu masuk pasar, sampai pintu akhir pasar, sampah itu tidak pernah tertata
dengan baik. Ternyata semuanya dibuang ke laut. Kalau sampah ini setiap hari
dibuang ke laut, maka saya yakin laut kita, masyarakat kita akan kotor sekali"
terang Sumindar.
Bersama
dengan KSM Sekar Rukun, Sumindar menggerakan masyarakat untuk mengumpulkan
sampah, kemudian mengolahnya menjadi pelet.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Sampah
dikumpulkan dari pasar dan rumah tangga. Ada proses pemilahan disana sampai
selanjutnya diolah menjadi pelet sampah.
"Sampah
kita pilah, ada sampah organik dan non-organik. Sampah yang organik kita
masukan ke dalam keranjang untuk dilakukan peyeumisasi dengan menyiramkan
bioaktivator. Setelah lima hari, sampah akan mulai kelihatan padat dan berubah
warna serta berubah bentuk" Terang ketua KSM Sekar Rukun, Misdi.
Proses
selanjutnya adalah mengolah peyeum-peyeum sampah tersebut menjadi pelet sampah.
Baca Juga:
PLN dan Kementerian ESDM Cek Kesiapan SPKLU di Banten untuk Kelancaran Layanan Arus Mudik
"Setelah
itu sampah digiling bersama-sama di dalam mesin penggilingan pertama kemudian
masuk ke dalam mesin penggilingan kedua. Nah yang kedua itulah yang akan
menjadi pelet. Pelet itu kita jemur sampai pada kekeringan paling tidak
80%-90%. Setelah kering, pelet kemudian dikemas ke dalam karung dan siap untuk
ditimbang untuk dijadikan bahan bakar pembangkit," Imbuh Misdi.
Sementara
itu, Mukhlis menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan mesin berkapasitas 16
kW yang dapat mengolah bijih sampah menjadi gas sintetik. Selanjutnya masuk ke
dalam mesin PLTG gas sehingga bisa mengeluarkan energi listrik.
"Dengan
ini PLN berhasil melakukan penghematan biaya pokok penyediaan tenaga listrik,
kalau sebelumnya pelanggan dilistriki menggunakan solar rata-rata sekitar Rp.
4.900,- per 1 kWh kalau sekarang bisa jadi Rp. 1.400,-an, jauh lebih murah," ungkapnya.