Sementara
itu, krisis ekonomi dipahami sebagai adanya shock
pada sistem perekonomian di suatu negara. Akibatnya terjadi kontraksi pada
instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga.
Berbeda
dengan resesi ekonomi dan depresi ekonomi, suatu negara disebut mengalami krisis
ekonomi jika pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi meskipun hanya satu
kuartal.
Baca Juga:
Resmi, Inggris Nyatakan Negaranya Alami Resesi Ekonomi
Namun,
variabel suatu negara mengalami krisis tidak hanya dilihat dari pertumbuhan
ekonominya. Melainkan ada multidimensi faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Josua
mengatakan,
krisis ekonomi biasanya muncul akibat kondisi keuangan global yang terganggu
dan memberikan dampak yang signifikan. Semisal nilai tukar mata uang, peningkatan
utang negara yang signifikan dan inflasi yang relatif tinggi.
"Jadi
kalau krisis ekonomi ini faktornya multidimensi, bukan hanya dilihat dari
pertumbuhan ekonomi saja," kata Josua.
Baca Juga:
Hadapi Resesi, Kementerian Perindustrian Gelontorkan Dana Rp 49 M untuk IKM
Bagaimana dengan Indonesia?
Kuartal
ketiga tahun ini pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen.
Menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang terkontraksi 5,23 persen.