Gus Miftah mengingatkan jangan sampai Indonesia terpecah,
seperti negara-negara di Timur Tengah yang bangsanya dihancurkan oleh rakyatnya
sendiri karena perang saudara. Apalagi, diiming-imingi revolusi seperti yang
digaungkan FPI.
"Saya enggak mau ini terjadi di Indonesia. Hari ini
kita diprovokasi untuk membenci pemerintah, hari ini kita diprovokasi untuk
membenci Presiden Jokowi, hari ini diprovokasi untuk membenci Kiai Ma'ruf Amin
diiming-imingi oleh revolusi," tegas Gus Miftah.
Baca Juga:
Addin Jauharudin, Ketua Umum GP Ansor Penerus Legacy Yaqut
"Belajarlah dari sejarah, belajarlah dari Libya. Cukup
sudah Libya, Irak, Suriah dan beberapa negara di Timur Tengah yang hancur. Dan
semua rakyat yang terlibat dalam menghancurkan negaranya sekarang menyesal.
Indonesia tidak boleh ikuti jejak kehancuran akibat kebodohan dan kekonyolan
ini," tutup dia.
Polemik ini bermula saat Pandji membuat podcast yang
mengulang keputusan pemerintah yang melarang FPI. Video berjudul 'FPI DIBUBARIN
PERCUMA? feat AFIF XAVI & FIKRI KUNING' diunggah Pandji pada 4 Januari lalu
ke kanal YouTube miliknya.
Dalam video tersebut, Pandji Pragiwaksono mengutip
pernyataan sosiolog Thamrin Tomagola tentang FPI, NU, dan Muhammadiyah saat
diwawancarai olehnya pada 2012.
Baca Juga:
Hasil Survei Indikator: Warga NU Dukung Capres Pilihan Jokowi
"Kalau di tulisan gue, ya, juga di stand up gue, gue
bilang bahwa, Pak Thamrin Tomagola, sosiolog itu, bilang bahwa FPI itu hadir
gara-gara dua ormas Islam yang gede itu sudah jauh sama rakyat, yaitu
Muhammadiyah dan NU. Jauh ke bawah. Mereka, tuh, elite-elite politik. FPI waktu
itu dekat ke rakyatnya," tutur Pandji.
"Kata Pak Pak Thamrin Tomagola, pintu rumahnya
ulama-ulama FPI kebuka untuk warga. Jadi, orang kalau mau datang, bisa, 'Lu mau
apa? Ya, lu ngobrol sama gue.' Nah, yang NU sama Muhammadiyah, karena udah
terlalu tinggi dan elitis, warga, tuh, enggak ke situ, warga justru ke
nama-nama besarnya FPI," ucap dia. [qnt]