WAHANANEWS.CO - Bencana banjir bandang dan longsor yang menerjang beberapa wilayah di Provinsi Aceh sejak Kamis (26/11/2025) menghancurkan fasilitas vital, termasuk Stasiun Penelitian (SP) Orangutan Ketambe yang merupakan pusat penelitian orangutan tertua di dunia.
Kerusakan besar memaksa SP Orangutan Ketambe yang berada di kawasan Resort Lawe Gurah ditutup sementara untuk seluruh kegiatan penelitian maupun kunjungan hingga proses pemulihan dinyatakan aman bagi semua pihak.
Baca Juga:
Pengusaha Waswas Pemangkasan Transfer Daerah Picu Kenaikan Pajak
Penutupan ini menjadi pukulan berat bagi dunia ilmiah dan konservasi global karena stasiun yang berdiri sejak 1971 tersebut selama ini dikenal sebagai pusat studi orangutan Sumatra.
"Kementerian Kehutanan menegaskan komitmennya untuk memulihkan stasiun sebagai pusat penelitian orangutan Sumatra," tulis Forum Konservasi Leuser (FKL) dalam rilis resminya pada Jumat (5/12/2025) yang dilaporkan oleh Detik.
Pemerintah turut mengimbau para peneliti dan mitra konservasi untuk tetap berkoordinasi sambil menyesuaikan rencana kerja lapangan selama masa pemulihan.
Baca Juga:
Harga Bawang hingga Cabai Melonjak di Awal Desember, BPS: Kenaikan Meluas
Banjir bandang terjadi pada Kamis (26/11/2025) ketika air mulai naik sekitar pukul 11.00 WIB dan meski staf yang sedang membangun musala mencoba membuat penghalang, kondisi memburuk hingga menjelang sore ketika sungai menerobos masuk dengan deras.
Juru masak, tukang bangunan, dan empat petugas yang berada di lokasi berhasil menyelamatkan diri dan dievakuasi ke Desa Ketambe meski situasi berlangsung sangat cepat dan berbahaya.
"Meskipun kerusakan besar terjadi, empat petugas yang berada di lokasi selamat setelah berhasil menyelamatkan diri dari derasnya arus," ujar FKL dalam rilisnya.
Saat diperiksa keesokan harinya, seluruh fasilitas SP Ketambe dinyatakan rata dengan tanah akibat banjir, termasuk ruang pertemuan, ruang pustaka, kamar peneliti, musala, dapur umum, fasilitas air bersih, dan kereta gantung penyeberangan.
Sejarah panjang SP Orangutan Ketambe yang berdiri sejak 1971 oleh Pusat Penelitian Primata (PPA), Kementerian Kehutanan, dan WWF menjadikannya stasiun penelitian orangutan tertua di dunia.
Sejak 2015, pengelolaannya dilakukan bersama oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan FKL, dan dari tiga stasiun di bawah BBTNGL, SP Ketambe menjadi lokasi dengan kerusakan paling parah akibat banjir dan longsor.
Selama lebih dari lima dekade beroperasi, SP Ketambe telah menghasilkan ribuan publikasi ilmiah dan melahirkan banyak pakar konservasi sehingga perannya sangat berpengaruh dalam penelitian orangutan di tingkat global.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]