WahanaNews.co | Gempa yang mengguncang Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), dan sekitarnya pada Jumat (15/1/2021), bukan
kali pertama terjadi.
Deputi Bidang Geofisika Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Muhammad Sadly, mengungkap bahwa gempa itu dipicu oleh aktivitas Sesar Mamuju.
Baca Juga:
Musim Kemarau Belum Merata, BMKG Minta Waspadai Cuaca Ekstrem
Menurutnya, sesar ini pernah
berguncang pada 1969. Saat itu, kekuatannya pun tak jauh beda dengan
saat ini, yakni berkisar di angka Magnitudo 6,2.
"Kalau di Mamuju itu, berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, ada tahun 1969, itu kan sebenarnya
potensinya sudah lepas juga. Tapi maksimal ya samalah seperti yang kemarin itu,
jadi 6,2 (Magnitudo)," kata Sadly kepada wartawan, Jumat
(22/1/2021).
Sadly menjelaskan bahwa sesar di sana
memang tergolong dalam sesar aktif. Di mana potensi gempa bisa kapan saja
terjadi.
Baca Juga:
Peringatan Dini BMKG: Cuaca Ekstrem Terus Menghantui, Jawa dan Papua Masuk Zona Siaga
"Saya pikir, itulah fenomena alam, ya. Kita pantau terus semua, para ahli juga sudah mengkaji
ya," katanya.
Sadly mengungkap, gempa yang
disebabkan Sesar Mamuju juga pernah memicu tsunami dengan ketinggian sekitar
dua meteran.
"Kalau waktu itu, ada tsunami. Kalau tidak salah itu, dua meter. Saya tidak terlalu ingat, karena sudah lama sekali, tapi ada seperti itu. Tapi, kalau kita lihat, memang di Mamuju kan berbatasan dengan Selat Makassar. Di situ kan memang ada potensi," papar Sadly.
Potensi Keterulangan Tsunami
Sadly tak bisa memastikan gempa yang
disebabkan Sesar Mamuju itu memiliki siklus pengulangan berapa tahun.
Namun, untuk
potensi terjadi tsunami di wilayah Mamuju dan sekitarnya, masih ada.
"Memang potensi tetap ada, jadi
kita wajib memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa di seluruh Indonesia
itu sudah dipetakan potensi-potensi di mana rawan tsunami, sudah ada semua lengkap ya," ujarnya.
Kendati begitu, Sadly mengimbau agar
masyarakat tak perlu menghindari Mamuju, namun
masyarakat di sana perlu diedukasi soal mitigasi bencana.
Agar, tatkala
gempa ini terulang, seluruh masyarakat telah siap.
"Jadi, bukan
kita eksodus, gitu ya. Bukan meninggalkan Mamuju, gitu. Tetapi, kita harus lihat, menjauhi bangunan-bangunan yang sudah retak, misalnya. Sebenarnya, yang membuat orang celaka kan bukan
gempanya, tapi reruntuhannya kan, seperti
itu. Jadi ini yang dihindari," tutup Sadly. [qnt]