“Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang di atas normal di wilayah-wilayah tersebut, dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi mundurnya musim kemarau tahun ini,” ungkap Dwikorita.
Meski kemarau belum sepenuhnya berlangsung, BMKG mencatat adanya tren pengurangan hujan di sejumlah wilayah pada dasarian pertama Juni 2025.
Baca Juga:
Siap-siap! BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem pada Sabtu–Minggu, Ini Daerah yang Harus Waspada
Sebanyak 72 persen wilayah berada dalam kategori normal, 23 persen lebih kering dari biasanya (bawah normal), dan 5 persen justru masih menerima hujan di atas rata-rata.
“Ini berarti bahwa tren pengurangan curah hujan mulai dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun secara spasial belum merata,” tambah Dwikorita.
Sumatera dan Kalimantan menjadi dua wilayah yang menunjukkan penurunan curah hujan lebih awal, sehingga transisi ke musim kemarau terjadi lebih cepat di sana.
Baca Juga:
Zona Deformasi Indo-Australia Aktif Lagi! BMKG Ungkap Pemicu Gempa Garut
Sebaliknya, wilayah Indonesia bagian selatan masih harus bersabar menghadapi basahnya musim.
Melalui prediksi cuaca bulanan terbaru, BMKG memperkirakan bahwa curah hujan dengan kategori atas normal masih akan bertahan di sejumlah wilayah hingga Oktober 2025.
Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa musim kemarau tahun ini tidak hanya datang terlambat, tetapi juga akan berumur pendek.