Sementara itu, angin kencang kemungkinan besar melanda wilayah Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Aru.
Adapun gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprakirakan terjadi di Laut Arafuru, perairan Kepulauan Semata hingga Kepulauan Tanimbar, serta di sekitar perairan Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru.
Baca Juga:
Gempa Megathrust Ancam Indonesia, BMKG Dorong Kesiapsiagaan Maksimal
Selain pengaruh bibit siklon, sirkulasi siklonik juga diprediksi terpantau di Samudra Hindia barat daya Bengkulu dan di Samudra Pasifik utara Sorong.
Fenomena ini membentuk beberapa daerah konvergensi, antara lain di Samudra Hindia barat daya Bengkulu, perairan timur laut Maluku Utara, Laut Halmahera, dan Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya.
Tidak hanya itu, daerah konvergensi lain juga diprediksi terbentuk di perairan barat Sumatra Barat hingga Barat Lampung, Samudra Hindia barat daya Banten, dari Kalimantan Utara hingga Kalimantan Timur, dari Papua Tengah hingga Papua Pegunungan, serta dari Maluku bagian Selatan hingga Laut Arafuru, Laut Sulu, dan Laut Seram.
Baca Juga:
Sudah 200 Tahun Tertidur, BMKG Ingatkan Kembali Ancaman Tsunami Megathrust
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar area bibit siklon tropis atau sirkulasi siklonik, serta sepanjang daerah low level jet dan konvergensi tersebut," terang BMKG.
BMKG juga menambahkan bahwa faktor labilitas lokal yang kuat turut mendukung pembentukan awan hujan pada skala lokal di sejumlah wilayah Indonesia.
"Merujuk pada kondisi atmosfer saat ini, kami mengimbau masyarakat untuk tetap siaga terhadap potensi cuaca signifikan ini, dengan selalu memperbarui informasi cuaca serta menjaga lingkungan sekitar agar lebih tahan terhadap dampak cuaca ekstrem," pungkas BMKG.