WahanaNews.co | Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN ikut terlibat dalam transisi energi fosil ke energi baru terbarukan di Indonesia melalui studi konversi pembangkit listrik batu bara menjadi nuklir.
"Skema batu bara menjadi nuklir digagas untuk meminimalisir aset yang terbuang dalam transisi energi," kata Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Senin (29/4/2024).
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Pada 24 April 2024, BRIN bersama PT PLN Nusantara Power yang merupakan anak usaha dari PLN bergerak di bidang pembangkitan listrik telah menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan simulator batu bara menjadi nuklir sekaligus peningkatan kompetensi operator.
Topan berharap kerja sama teknis untuk pengembangan simulator batu bara menjadi nuklir itu kelak dapat meningkatkan kompetensi desain reaktor nuklir BRIN.
Menurutnya, kolaborasi itu juga dapat menjadi langkah awal persiapan utilisasi energi nuklir dalam kerangka transisi energi untuk menggantikan batu bara.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
“Boiler sebagai pembangkit uap dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) digantikan dengan reaktor nuklir yang sama-sama menghasilkan uap. Sedangkan, sistem turbin generator dan sistem terkait lainnya dari PLTU masih bisa dimanfaatkan, bahkan juga jejaring distribusi listriknya,” ujarnya.
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN) tahun 2023, jumlah bauran batu bara dalam energi primer di Indonesia mencapai 40,46 persen.
Pemerintah memproyeksikan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara ini berhenti beroperasi pada tahun 2050 mengikuti komitmen global yang beralih ke sumber energi lebih ramah lingkungan.