WAHANANEWS.CO, Jakarta - Fenomena cuaca ekstrem yang memicu banjir bandang dan longsor di tiga provinsi Sumatera ternyata berasal dari kemunculan siklon tropis yang membentuk pola hujan tak biasa pada 25-27 November 2025.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menegaskan bahwa intensitas hujan di kawasan Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat jauh melampaui kondisi normal.
Baca Juga:
Google Tampilkan Peringatan Darurat Banjir Sumatera, Publik Bisa Pantau Lewat Flood Alerts
Faisal menjelaskan bahwa siklon tropis tersebut menyebabkan curah hujan melejit hingga tampak berwarna hitam pada peta monitoring.
Ia memaparkan hal itu dalam rapat Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/12/2025).
"Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem," ucap Faisal dalam rapat tersebut.
Baca Juga:
Banjir Sumatera Tewaskan 442 Warga, BNPB: Ratusan Masih Hilang dan Pencarian Berlanjut
Ia menambahkan bahwa kondisi tersebut berlangsung konsisten selama tiga hari berturut-turut.
Menurut Faisal, volume hujan pada periode itu setara dengan akumulasi satu bulan penuh.
Ia mencontohkan tingginya intensitas hujan di Kabupaten Bireuen.
"Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen, ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya," jelasnya.
Faisal mengatakan curah hujan sebesar itu “tumpah dalam satu hari” dan terjadi terus-menerus selama tiga hari.
Ia menuturkan bahwa tanah di sejumlah wilayah tidak mampu menahan limpahan air yang sangat besar tersebut.
Kondisi ini kemudian menghasilkan rangkaian bencana hidrometeorologi besar yang menimpa tiga provinsi di Sumatera.
"Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya," tutur dia.
Faisal menyebut akumulasi air yang berlebihan membuat kerusakan menjadi meluas.
Ia menambahkan bahwa BMKG bersama BNPB, Basarnas, dan Kementerian Dalam Negeri harus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi siklon tropis di masa mendatang.
Koordinasi lintas lembaga disebut menjadi kunci mitigasi lebih awal.
"Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPB dan Basarnas itu mendapat arahan ya Pak ya, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal," ujar Faisal.
Ia menyebutkan bahwa fenomena siklon kini menjadi ancaman nyata yang perlu diantisipasi secara nasional.
Bencana banjir dan longsor yang melanda berbagai wilayah Sumatera telah menimbulkan korban yang sangat besar.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (30/11/2025) sebanyak 442 orang meninggal dunia dan 402 orang masih hilang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]