WahanaNews.co, Jakarta - Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhannas) Komjen Pol Panca Simanjuntak bersama jajarannya melakukan silaturahmi dengan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, Kamis (18/01/24).
Komjen Pol Panca Simanjuntak didampingi Tenaga Ahli Pengajar Bidang Geografi Lemhannas, Mayjen TNI Ramses Lumban Tobing dan Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Ideologi Lemhannas, Marsekal Muda TNI Palito Sitorus.
Baca Juga:
Khusus Jaga Keamanan Kota Nusantara, TNI Kerahkan 100 Prajurit
Pertemuan duo Simanjuntak itu santai dan diselingi canda tawa. Masing-masing terpencar raut kebahagaian.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Kristomei Sianturi menjelaskan, pertemuan tersebut diskusi tentang perkembangan lingkungan strategis, upaya ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan satuan jajaran TNI AD, serta peningkatan kerja sama antara Lemhannas dan TNI AD di masa yang akan datang.
"Ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan tentu menjadi kunci untuk menghadapi ancaman krisis pangan dan bencana alam di masa depan. Berbagai upaya telah dilakukan Indonesia khususnya TNI AD untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menjaga lingkungan,"kata Kristomei, Jumat (19/01/24).
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo Gibran Apresiasi Inovasi TNI AD Produksi Ponton Penyapu Sampah di Seluruh Indonesia
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak telah menggiatkan bersih-bersih untuk mengantisipasi potensi banjir di sejumlah wilayah. Menurutnya, TNI AD telah melakukan penanaman pohon di area lahan yang gundul akibat kebakaran yang dipicu el nino.
Selain itu, Maruli menegaskan, upaya menjaga lingkungan dan melestarikan alam tidak hanya dilakukan hari ini, namun tetap berkesinambungan.
Seperti halnya pembersihan dan penghijauan Gunung Lawu masif dilakukan selepas kebakaran hebat melanda hutan dan lahan Lawu pada Oktober 2023 lalu.
Puluhan ribu bibit tanaman ditanam di tiga daerah terdampak kebakaran, meliputi Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, serta Kabupaten Magetan dan Ngawi, Jawa Timur.
Gerakan pembersihan dan penghijauan dengan tema Gulaku Gulamu (Gunung Lawuku Gunung Lawumu) ini melibatkan 2.010 personel gabungan TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sukarelawan berbagai organisasi dan masyarakat setempat.
Kasad Maruli memimpin langsung gerakan pembersihan dan reboisasi pada Rabu (20/12/2023) di Pos Pendakian Cemoro Sewu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, tersebut.
Maruli meminta gerakan pembersihan dan penghijauan terus berjalan, tidak berhenti di sini saja.
Menurutnya, perlu regulasi dari pemerintah daerah untuk mendukung gerakan tersebut. “Kegiatan ini diharapkan jadi budaya bersama. Jangan berhenti di sini,” katanya.
“Saya berterima kasih kepada seluruh personel yang terlibat dalam pembersihan dan penanaman ini. Kegiatan ini mudah-mudahan terus berjalan demi menjaga alam,” kata dia.
Maruli juga mengapresiasi kegiatan pembersihan kawasan perbatasan wilayah Karanganyar, Jawa Tengah dan Magetan, Jawa Timur dari sampah.
Sebanyak 50 ton sampah yang bertahun-tahun menumpuk di wilayah tersebut sudah disingkirkan. Kemudian sampah di kawasan jalur pendakian yang terkumpul sebanyak 56 karung juga sudah dibuang ke tempatnya. Kegiatan ini bukan sebatas penghijauan, namun juga menjaga kawasan wisata alam.
Maruli mengatakan menjaga lingkungan alam menjadi tanggung jawab bersama.
"Gerakan ketahanan pangan dan menjaga alam sangat penting untuk mengantisipasi kebencanaan,"ujarnya.
Ia juga menyinggung persoalan kemiskinan yang menjadi perhatian dan penanganan bersama.
Di penghujung pertemuan, Sestama Lemhannas dan Kasad juga saling bertukar cendera mata.
Ketahanan Pangan di Sukabumi
Kasad Jenderal TNI Maruli mencontohkan keberadaan Ketahanan Pangan (Hanpangan) di Neglasari, Desa/Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meningkatkan ekonomi warga. Hal itu disampaikan Maruli saat mendatangi lokasi Hanpangan dalam kegiatan Rakernister TNI AD TA 2024 di lokasi Hanpangan Neglasari, Ciemas, Kamis (18/1/2024).
"Ya, itu (peningkatan kesejahteraan) mungkin nanti coba ditanya nanti di pemda atau kalau misalnya mau tanya silakan langsung ke masyarakat ya. Jadi, masyarakat sekarang kalau hanya untuk bekerja berkebun dapat uang cash langsung itu setiap saat dia mudah, tinggal datang kerja, datang kerja dapat upah langsung," ujar Maruli.
Di lokasi Hanpangan sendiri, terdapat sejumlah program pertanian, di antaranya penanaman jagung, singkong, bahkan terdapat ternak sapi dan ayam.
"Nanti mudah-mudahan kalau konsep ini semakin baik kita akan bagikan lahan ke mereka (warga, Red), jadi sudah kita coba waktu itu bagi hasil dengan uang mendahului itu juga banyak kesulitan," ucap Maruli.
"Panjang lah selama 1 tahun setengah ini kan proses-proses panen kan biasanya 4 bulan panen, terus kita evaluasi, kita pindah lagi teknis pembayaran bagaimana, tanaman apa yang baik, kita memulai sapi lagi dan lain sebagainya," jelasnya.
Respons Warga
Deni Irawan, pemuda 23 tahun asal Kampung Neglasari, Desa/Kecamatan Ciemas, memberikan pengakuan dampak keberadaan Hanpangan di kampungnya. Ia mengaku Hanpangan program TNI AD itu sangat membantu masyarakat setempat.
Warga yang dulu banyak pengangguran kini bekerja di Hanpangan program TNI AD sehingga mereka kini menjadi berpenghasilan.
"Alhamdulillah warga di sini yang tadinya mungkin ada sebagian pengangguran, sekarang pada kerja di sini. Itu tiap hari ada pemasukan, jadi sangat ngebantu perekonomiannya," ujar Deni kepada Tribun.
Terlebih, kata Deni, bagi warga yang sudah bekerluarga dan memiliki anak yang masih sekolah, sangat merasakan dampak positif dengan adanya Hanpangan tersebut.
"Apalagi bagi yang punya anak sekolah, jadi anak sekolah bisa beli buku," ucapnya.
Deni mengaku bersyukur, kini ia berpenghasilan sampai Rp 3 juta per bulan, padahal dulunya menganggur. Tak hanya soal penghasilan, warga Neglasari yang hampir 100 persen sebagai petani menjadi melek teknologi karena di lokasi Hanpangan ini menggunakan teknologi modern dalam proses pertaniannya.
"Saya juga sebagai warga sangat bersyukur, karena dengan adanya program ini mengubah mindset warga di sini, karena warga di sini hampir 100 persen petani."
"Nah, sekarang anak-anak mudanya yang bertani juga mulai berubah, jadi lebih ke mengikuti zaman, melek teknologi," kata Deni.
"Saya kerja di sini sudah 1 tahun lebih, saya dibayar per bulan, alhamdulillah saya naik sekarang per bulannya, awalnya 1,5 juta, 2 juta, 2,5 juta, sekarang sampai 3 juta," ujarnya.
Tak hanya Deni, warga lain turut merasakan dampak positif dengan adanya Hanpangan itu.
[Redaktur: Sandy/TribunMedan]