WAHANANEWS.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia bersama kantor perwakilannya di Papua mengambil langkah cepat untuk mendalami insiden kontak senjata di Distrik Sugapa dan Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang diduga memakan korban dari warga sipil.
“Hingga kini belum ada laporan masuk secara resmi, tetapi kami sudah turun ke lapangan untuk memverifikasi informasi di dua distrik tersebut,” ujar Anggota Komnas HAM, Uli Parulian Sihombing, dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jumat (16/5/2025).
Baca Juga:
Rotasi Pimpinan Komnas HAM: Anis Hidayah Jadi Ketua Gantikan Atnike Nova Sigiro
Komnas HAM tengah mengumpulkan data guna memastikan keberadaan korban sipil dan potensi pengungsian akibat baku tembak yang terjadi. Menurut Uli, timnya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak lokal di Intan Jaya.
“Perhatian utama kami adalah keselamatan masyarakat sipil di wilayah konflik. Komnas HAM terus mendorong terciptanya dialog bermakna dalam penanganan konflik kemanusiaan di Papua,” ujarnya.
Sebelumnya, Komando Operasi TNI Habema melancarkan operasi militer di Distrik Sugapa, Rabu (14/5/2025), yang menargetkan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Baca Juga:
Kasus Kematian Napi di Bukittinggi, Komnas HAM Sebut Perlu Diselidiki
Operasi berlangsung dari pukul 04.00 hingga 05.00 WIT, menyasar beberapa kampung seperti Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama, dan Zanamba.
Menurut Dansatgas Media Koops Habema, Letkol Inf. Iwan Dwi Prihartono, operasi dilakukan sebagai bagian dari upaya pengamanan pembangunan jalan serta pelayanan medis dan edukatif bagi masyarakat.
Namun, kelompok OPM disebut memanfaatkan warga sebagai tameng dan memelintir informasi untuk menciptakan ketegangan.
“Operasi dilaksanakan secara profesional, dengan sasaran terukur. Hasilnya, wilayah Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning berhasil dibersihkan dari kelompok bersenjata,” tegas Iwan.
Sebanyak 18 anggota OPM dilaporkan tewas. TNI juga mengamankan sejumlah senjata api, amunisi, bendera separatis, serta alat komunikasi dari lokasi.
Semua personel TNI dilaporkan dalam kondisi aman, sementara pasukan masih bersiaga di sejumlah titik strategis.
Namun, dalam keterangannya, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyebutkan bahwa operasi militer itu turut menyebabkan korban dari kalangan sipil, termasuk luka tembak pada seorang ibu dan anak, serta kematian tiga warga.
PGI juga melaporkan bahwa sekitar 950 jemaat dari 13 gereja dilaporkan mengungsi.
“Penembakan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata tidak bisa ditoleransi. Kekerasan seperti ini harus segera dihentikan,” tegas Kepala Biro Papua PGI, Pendeta Ronald Tapilatu.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]